Oleh : M. Saleh Mude
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Saya beruntung lahir di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), 180 kilometer dari Kota Makassar. Kota, tempat kelahiran Bapak HM Alwi Hamu (selanjutnya ditulis Pak Alwi).
Kesamaan tempat kelahiran itu menjadi jalan pintas saya untuk berkenalan dekat dan menjadi “Staf Inti” (Asisten Staf Khusus atau Staf Ahli Wakil Presiden) di bawah supervisi Bapak Alwi Hamu ketika beliau dipercaya menjadi Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (Pak JK) mulai akhir Oktober 2004-2009 dan 2014-2019. Saya mendampingi secara aktif Pak Alwi selama empat tahun, 2004-2008.
Sebagai penghormatan terakhir, ucapan terima kasih, dan doa terbaik kepada Pak Alwi, saya ingin berbagi enam poin kesan baik. Pertama, menjelang putaran kedua Pilpres 2004, SBY-JK vs Mega-Hasyim, saya berdua Sdr. Andang B. Malla mengedit dan menerbitkan dua buku: SBY dan JK di Penerbit Blantika (Grup Mizan) atas sponsor Pengurus Besar IKAMI Sulawesi Selatan.
Buku “Jusuf Kalla: Membangun Kesejahteraan Rakyat” (2004). Sebelum menemui Pak Alwi, saya membawa 10 buku dan melapor ke kediaman Pak JK di Jalan Brawijaya bahwa saya dkk mohon petunjuk untuk meluncurkan buku tersebut. Pak JK setuju dan memberikan saya memo untuk ketemu Pak Alwi Hamu.
Satu-dua hari kemudian, saya menemui Pak Alwi di Gedung Pemenangan SBY-JK di kawasan Pancoran Jakarta. Saya membawa buku dan memo Pak JK. Pak Alwi tanya, “Anda ini siapa?” Saya, M. Saleh Mude, sekampung Bapak, asal Sidrap, sambil menunjukkan KTP saya.” Pak Alwi tersenyum, berkata, “Saya mengakui Anda sekampung saya jika peluncuran Buku Pak JK ini lancar dan sukses.”
Singkat cerita, saya dkk meluncurkan buku itu di Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat. Malam itu, Aula Serbaguna Dewan Pers penuh tamu dan undangan, kelihatan sejumlah pioneer pendukung pasangan SBY-JK, misalnya Pak Alwi Shihab, Hidayat Nur Wahid, Sofyan Djalil, Andi Mallarangeng, Hafid Abbas, dll.