MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kalla Institut, salah satu perguruan tinggi bisnis terkemuka di Indonesia Timur saat ini membangun Inkubator Bisnis dimana para mahasiswa dapat belajar berkecimpung didunia wirausaha dari akar-akarnya.
Dalam podcast bersama Harian Rakyat SulSel Senin (20/1/2025) bertajuk "Masa Depan Wirausaha: Trend dan Strategi Inkubasi Bisnis di Perguruan Tinggi", Kepala Inkubator Bisnis sekaligus Dosen Prodi Kewirausahaan Kalla Institute, Muhammad Taufan Gunawan menjelaskan seperti apa inkubator bisnis Kalla Institute.
Menurut Taufan, inkubator bisnis berangkat dari kata inkubator yang biasanya ada di rumah sakit tempat untuk bayi. Akan tetapi dalam bisnis, inkubator ini bisa juga disebut wadah atau program akselerasi bagi orang- orang yang ingin menjalankan bisnis.
"Jadi dalam inkubator bisnis ini kami memiliki tahapan mulai dari pra Inkubator, masuk ke tahap inkubator bisnis dan menjual produk dan evaluasi. Kalau di kampus inkubator bisnis biasanya menjadi mode percepatan bagi mahasiswa karena biasanya mahasiswa buat bisnis di semester akhir. Kalau kita tidak, kita terprogram dari awal dan mahasiswa join di dalam," ujar dia.
Taufan menjelaskan, ada beberapa tahapan untuk masuk di Inkubator Bisnis Kalla Institute mulai dari pelatihan pembuatan proposal, ide bisnis, latihan penetrasi pasar dan dari situ tahap launching, pendanaan awal hingga pertemuan dengan investor.
"Jadi didampingi hingga bertemu investor. Dan, ini menjadi salah satu fasilitas dari Kalla Institute," ucap Taufan.
Menurut dia, Jurusan Bisnis dan Inkubator Bisnis ini saling sinergi. Hanya saja Kalla Institute memiliki empat program studi ada Retail, Bisnis Digital, Sistem Informasi, dan Kewirausahaan.
"Di program studi pembelajaran bisnis biasanya runut, sedang di inkubator praktikal. Kadang ada mahasiswa semangat buat bisnis, jadi mereka di fasilitas masuk inkubator sehingga apa yang buat terarah, apalagi ada mentor dari dosen dan praktisi. Misal mahasiswa semester dua mau buat bisnis bisa diarahkan," jelas Taufan.
Tidak hanya itu, menurutnya, di inkubator bisnis dibagi tiga tahap. "Ada pra inkubator bisnis, misal buat proposal, ide bisnis, penentuan pasar bahkan ada ,4 workshop wajib meliputi pilar bisnis pemasaran, SDM, Keuangan dan produksi dan mereka harus tamat dulu . Jika masuk inkubasi Harus punya bisnis, misal nasi goreng terenak. Tapi bedanya ini sudah ada fisik tapi belum menjual. Kalau semuanya sudah memenuhi syarat sudah bisa masuk inkubasi, misal bisnis gorengan, kita cari mentor yang sesuai, bisa mentor ahli misalnya dosen," beber Taufan.
"Setelah fase itu ada pendanaan, misalnya membuat produk 50 buah, maka diberi dana stimulan. Maka setelah itu masuk fase inkubasi, misal perminggu dan perbulan berapa penjualannya. Kemudian nantinya mereka akan di graduation sebab tidak mungkin terus dikampus karena harus jualan diluar, punya tempat dan sebagainya, supaya mereka tau bisnis," tambah dia.
Taufan mengatakan, saat ini Inkubator Bisnis Kalla Institute masih dalam tahap sosialisasi, "Rabu nanti kami ada opening sosialisasi program yang akan berjalan 3 bulan diselingi workshop. Ada juga inside dari para seniornya, ada juga camping bisnis dimana mereka akan presentasi produk, memperkenalkan, tujuan yang ingin dicapai seperti apa dan sebagainya.," jelas dia.
Lebih jauh dalam inkubator bisnis ini pihaknya memiliki mentor akademisi dan praktisi sehingga mahasiswa yang bergabung akan lebih mudah memahami alur bisnis.
"Apalagi kampus kita berasal dari corporate besar maka tidak susah mencari mentor. Misalnya mau dapat inside yang spesifik, misal ada TDA, maka akan langsung dihubungkan dan nanti akan ada format dokumentasi dan sebagian," jelasnya.
Taufan membenarkan tak mudah membangun bisnis, dan saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bahkan bagi pemerintah. Namun kata dia, tugas inkubator bisnis adalah membawa ke pintu pengusaha sukses, yang akan menentukan kesuksesan tergantung dari mereka, misal kalau maju sekarang biasanya terbuka lebar karena ilmunya masih fresh," jelasnya.
"Saya selalu bertanya kepada mahasiswa atau orang tuanya apakah dirinya masih bercita cita selain wirausaha, ataukan orang tuanya masih mendoakan anaknya selain wirausaha, maka saya berharap mereka fokus berdoa dan mendoakan jadi wirausaha," kata Taufan.
Menurut dia, saat ini tend wirausaha ada tiga faktor yang pertama kebutuhan, trend dan hobi dan adalah lomba, "Misalnya mahasiswa berjualan karena ingin memenuhi kebutuhan jajan, jadi biasa ada yang buat bisnis. Ke dua trend biasanya ada komunitas billiard, disupport dengan orang tua, maka jalan lah usaha tersebut . Dan yang ke tiga biasanya mahasiswa buka bisnis karena ada lomba, namun setelah lomba dapat inspirasi. Tiga ini yang kita lihat dan dielaborasi menentukan bisnis mahasiswa," ungkapnya.
Untuk tantangan dunia bisnis, Taufan mengatakan tantangan terbesar yang dirinya lihat sebagai dosen dan pebisnis adalah paket belajar, dan problem saat berwirausaha.
"Misalnya tiba- dapat masalah, tiba-tiba harus keluarkan uang untuk belajar. Ke dua adalah ekosistem kita dan Kemudian leadership dimana itu di uji. Saya selalu bilang pengusaha bukan hanya bagaimana menjadi kaya tetapi bagaimana menjadi tetap kaya sehingga banyak pengetahuan misal investasi dan sebagainya yang masih harus dipelajari pengusaha. Pengusaha juga yang penting adalah mindset, apalagi banyak stigma di masyarakat bahwa kita tidak perlu sekolah tinggi untuk jadi pengusaha," jelas Taufan.
Taufan juga menggaris bawahi Gen Z yang mendapat stigma negatif karena cepat bosan misalnya, admin menurutnya hal tersebut hanya perlu dilihat dari sisi positif.
"Tinggal bagaimana kita membangun mindset pengusaha. Saya percaya gen Z memiliki energi yang meluap sehingga cepat bosan. Namun jika memposisikan tepat, mereka dapat berkembang," tutur dia.
"Yang membedakan inkubator bisnis Kalla adalah kita memiliki fundamental bisnis yang kuat, kita belajar dari Kalla group bagaimana menanamkan nilai-nilai dan mindset yang kuat untuk menjadi pondasi. Kalau kita bilang saudagar Bugis Makassar, maka inilah. Terus kita punya relasi industri kuat, lingkungan mendukung karena kampus kami di mall sehingga bisa lebih paham terkait bisnis," tutup Taufan. (Hikmah/C)