Menggali Kesejatian (19): Terkikisnya Tradisi Khataman

  • Bagikan

Cara khataman cukup penghulu yang mengaji dan calon mempelai hanya mengikutinya sambil menunjuk tulisan yang dibaca. Karena pernah terjadi, lain yang dibaca penghulu, lain pula yang ditunjuk oleh pengantin. Jadi penghulu memegang tangan calon pengantinnya kalau ada gejala tunjukannya akan bergerak secara liar, tidak mengikuti bacaan.

Bahkan tradisi khataman ini cenderung sudah tidak terdengar pada banyak masyarakat Muslim. Kenapa terjadi "dekristalisasi" tradisi yang sebenarnya sudah berakar? Mungkin menjawabnya adalah bertemunya beberapa pendangkalan tentang makna tradisi itu.

Tradisi khataman tidak lagi mengikat sebagai prosesi penting menuju ke pelaminan. Prosesi ini tidak lagi dianggap "sakral". Dampaknya, otoritas imam atau penghulu juga mengalami pelemahan seiring dengan bergeraknya waktu.

Lebih jauh, calon mempelai tidak lagi menjadikan kelancaran mengaji sebagai prasyarat untuk menikah, atau bukan lagi sebagai "beban".

Bagaimana menghidupkan kembali tradisi suci ini ke dalam bentuk aslinya? Tidak ada pilihan lain kecuali memastikan anak-anak kita bisa mengaji dan khatam dengan sesungguhnya.

Karena kapan mengembalikan tradisi tanpa kekuatan fondasi, hasilnya bukan "kawin lari" tapi "pengantin lari" dari prosesi khataman. (***)

  • Bagikan