PINRANG, RAKYATSULSEL – Bumi Sawitto adalah bumi yang diberkahi, Pinrang adalah maujud imagi ideal tentang kesuburan, keindahan dan kemakmuran wilayah tropis. Jika pernah mendengar lagu band legendaris Koes Plus yakni “ kolam susu” maka bait-bait indah lagu tersebut seakan merujuk pada Pinrang yang gemah ripah.
“Bukan lautan hanya kolam susu
kala dan jala cukup menghidupimu
tiada badai tiada topan kau temui
ikan dan udang menghampiri dirimu
orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat dan kayu bisa jadi tanaman”
koes plus band
Pinrang adalah wilayah empat dimensi, dengan garis pantai yang memanjang nun jauh, sehingga areal pertambakan bisa dibuat di sepanjang pantai itu, pun di dataran rendah yang menghampar sawah sawah nan luas yang sepanjang tahun basah karena diairi oleh system air yang memadai. Di ketinggian dan pegunungan pun unsur hara tanah masih sangat subur dan menjadi andalan untuk perkebunan dan peternakan masyarakatnya.
Dalam sebuah buku “Curse to Blessing’ Rhenald khasali memaparkan sebuah fenomena yang disebut ‘kutukan Sumber daya alam’ yakni sebuah gejala yang menjadi paradoks daerah daerah yang diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah. Paradoksnya adalah daerah yang berlimpah SDA-nya justru memiliki kesejahteraan yang buruk dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
Rhenald melanjutkan dalam paparannya, kondisi paradoks disebabkan oleh dua hal yakni, pertama karena sumber daya manusianya tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola dikarenakan etos kerja dan pendidikan yang tidak memadai, dan yang kedua adalah terjadinya mis management pengelolaan dari pihak pihak yang berkompeten.
Ada banyak fakta faktual, bahwa banyak daerah di indonesia ini mengalami hal yang sama, kondisi dimana SDA-nya, melimpah tetapi tidak memberi kontribusi maksimal dan gagal mensejahterakan masyarakatnya, kondisi dimana terjadi mis management yang akut pada pemerintahan dalam menjalankan system untuk kemaslahatan warganya, termasuk pengelolaan SDA tadi. Kita berharap Pinrang tidak berubah menjadi progres minus menuju kutukan SDA ini.
Jika kita telisik dalam angka, Pinrang tentu jauh dari paradoks “ kutukan sumber daya alam” seperti yang dinarasikan di atas. data BPS 2021 (bisa diunduh di web BPS), menunjukkan pendapatan daerah cukup baik.
Kondisi ekonomi cukup stabil, daya beli terjaga, ketersediaan stok pangan melimpah, inflasi walau terombang ambing tetapi masih relatif terkontrol, angkatan kerja tetap tersalurkan dengan baik, walaupun masih terkonsentrasi di sektor andalan yakni agrikultur.
Layanan dasar kesehatan dan pendidikan sudah cukup memadai walau di beberapa tempat masih ada keluhan yang tak bisa dihindarkan. Sektor keamanan cukup stabil walau ada riak disana sini, dan yang tak kalah penting adalah kondisi perpolitikan secara umum, terlihat berbagai pihak baik penyelenggara maupun aktor aktor politik di dalamnya sudah mulai menggeliat untuk mempersiapkan sebuah agenda besar yakni Pemilu/pemilukada di tahun 2024.
Namun pemahaman holistik kita tentang Pinrang tidak bisa diwakili dengan angka-angka semata. Orientasi kebijakan adalah pada manusianya, sehingga yang harus dipahami adalah bagaimana respon dan apa yang warga Pinrang rasakan, data kuantitatif dari BPS tentu tidak bisa dipertanyakan validitasnya.
Tetapi perlu ditelisik lebih jauh tentang bagaimana kepuasan masyarakat terhadap kinerja birokrasi, layanan dasar (pendidikan dan kesehatan) yang mereka terima, pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan) mereka apakah sudah terpenuhi secara merata, apakah kebijakan pemerintah kab Pinrang sudah menyentuh seluruh aspek yang masyarakat inginkan? ini tentu perlu jawaban yang lebih detail dan terukur. apakah Pemerintah Kab. Pinrang ada data kepuasan Publik yang menjadi cermin tiap tiap kebijakannya?
SDM (sumber daya manusia), Kesejahteraan Petani, dan Pembangunan Infrastruktur.
Kami sangat sering berdiskusi dengan berbagai pihak di kab. Pinrang, akumulasi dan pemahaman pemahaman kami tentang kab. Pinrang terbentuk dari diskusi tersebut, dengan beragam perspektif, dan tersimpul menjadi 3 issu besar yakni, SDM, kesejahteraan petani, dan pembangunan Infrastruktur.