“Jadi lebih baik saya tahan harganya begini. Kalau laku, alhamdulillah. Kalau tidak, apa boleh buat. Daripada turun harga lebih rugi lagi,” katanya
Humas Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya, Idris mengaku, stok minyak goreng kemasan di sejumlah pasar tradisional memang minim. Bahkan ada yang kosong sama sekali.
“Di Pasar Pettarani itu yang di Panakkukang bahkan kosong stoknya,” kata Idris.
Sementara itu, minyak goreng curah yang HET-nya juga telah ditetapkan sebesar Rp11.500 per liter sejak 1 Februari 2022, kata Idris, juga masih sulit dijumpai. Rata-rata, pedagang masih menjual dengan harga Rp17.000 hingga Rp19.000.
“Di pasar tradisional itu mata rantai pengambilan barangnya berbeda-beda. Makanya yang terlanjur mengambil barang dengan harga tinggi dari distributor kemarin, tiba-tiba diminta turunkan harga sesuai HET, itu mereka bingung,” beber Idris.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Makassar, Arlin Ariesta menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemantauan bersama satuan tugas (Satgas) pangan Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan. Hanya saja, kata dia, memang pasokan minyak goreng di tingkat distributor yang terbatas.
“Kami sudah melakukan pemantauan bersama Satgas Pangan Polda, di distributor itu memang sementara menunggu pasokan dari produsen,” ungkap Arlin.
Arlin mengatakan, pihak distributor sudah melakukan pra pesan atau pre order kepada produsen, namun pasokan minyak goreng memang dikirim secara bertahap.
Sementara di tingkat konsumen, permintaan sangat tinggi bahkan terjadi kecenderungan panic buying.
“Sebenarnya stok tidak kurang. Pengiriman stok berjalan terus. Karena pola konsumsi masyarakat juga membeli dalam jumlah banyak, jadi yang terdistribusi selama ini cepat habis,” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Sulawesi Selatan Ashari Fakhsirie Radjamilo melakukan pemantauan di gudang-gudang distributor minyak goreng di Kota Makassar. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan ketersediaan minyak goreng yang akan disalurkan ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan.