Mengapa orang seperti AAS condong memilih mengelola infaq dan sadaqahnya melalui sebuah yayasan yang didirikannya sendiri? Menurut Eky, itu lebih pada masalah efisiensi dan efektifitas saja. Dengan mengelola sendiri, maka sasaran penerima manfaat dapat dipastikan secara lebih meyakinkan. Itu sebabnya, mulai dari pengumpulan data penerima manfaat, distribusi bantuan, hingga monitoring dan evaluasi, semua dilakukan Eky secara detil dan saksama.
Apakah dengan begitu, AAS Foundation tidak lagi membutuhkan kerja sama dengan pihak lain?
“Bukan begitu. Kerja sama dengan pihak lain tetap saja kita perlukan. Sebab tidak mungkin semuanya kami kerjakan sendiri. Bayangkan, bingkisan ini saja jumlahnya 10.000 ribu paket. Lantas, bagaimana kami mendistribusikannya sendirian? Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih kalau Seblak Naga juga mau ikut membantu mendistribusikan bingkisan ini,” Urai Eky sembari menawariku.
Seblak Naga adalah nama kedai makan punya isteriku. Lebih dari setahun terakhir, Seblak Naga mengelola donasi jumat berkah yang di-develope oleh sahabat Salahuddin Alam Dettiro, seorang yang amat peduli pada masalah kehidupan sosial, serta juga piawai dalam hal fund rising.
Menurut Eky, AAS Foundation tidak hanya membagi-bagikan bingkisan lebaran, tetapi juga melakukan program berbuka puasa bersama, nyaris setiap hari, dengan mengundang berbagai komunitas secara bergantian. Mulai dari panti asuhan, pondok tahfiz Qur’an, dhuafa, komunitas anak berkebutuhan khusus, hingga para muallaf, dan lainnya. Hebatnya, tak hanya sekadar berbuka, namun, setiap dari mereka, juga diberi santunan.
AAS Foundation benar-benar hadir untuk berbagi. Kali ini, setidaknya telah menghadirkan senyum pada tidak kurang dari 10 ribu rumah tangga, melalui paket bingkisan lebaran.
Namun yang tak kalah unik adalah tradisi di mushollah AAS Foundation yang terletak di lantai 1 AAS Building. Setiap usai shalat tarwih, seseorang mengedarkan kardus yang berisi uang pecahan 10 ribu hingga 100 ribu rupiah. Lalu, kepada setiap jamaah diminta mengambil sampai 4 lembar.
Jika ada jamaah beruntung mendapatkan 4 lembar pecahan 100 ribu rupiah, maka ia mengantongi 400 ribu rupiah untuk dibawa pulang. Mungkin itu dimaksudkan sebagai uang pengganti biaya transport, tetapi itulah salah satu cara unik AAS Foundation berbagi, yang tidak ditemukan di tempat lain. (**)