ENREKANG, RAKYATSULSEL - Sedikitnya 71 ekor ternak di tiga kecamatan di Kabupaten Enrekang terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK). Masing-masing lima desa di Kecamatan Buntu Batu yaitu Desa Langda, Potokullin, Eran Batu, Lunjen dan Pasui. Satu desa di Kecamatan Alla yaitu desa Sumillan dan desa Janggurara di Kecamatan Baraka.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Enrekang, Muh. Alwi, di ruang rapat bupati Enrekang, Jumat (12/8)
Kasus pertama terjadi di Desa Langda yang terlapor pada empat belas Juli lalu dan dipastikan terkena PMK setelah keluar hasil dari laboratorium hewan dua hari setelahnya.
Alwi menjelaskan, PMK ini diakibatkan oleh virus kemudian dapat berinkubasi di tubuh hewan selama satu sampai empat belas hari dan bisa menyebar lewat air, udara, manusia, peralatan peternakan bahkan mobil yang mengangkut hewan.
"Ciri-ciri hewan yang terkena wabah dimulai dengan tanda awal demam pada hewan diikuti keluar air liur berlebih dan kental. Berikutnya lidah, gusi dan hidung melepuh dan luka di teracak (sela-sela kuku)," kata Alwi.
Empat indikator besar dalam penyelesaian kasus, kata Alwi, adalah Biosekuriti tepat yaitu penyemprotan kandang yang tertib dan memotong proses penularan, mengawasi lalu lintas ternak, pemotongan bersyarat dan vaksinasi yang tuntas.
Saat ini, lanjut Dia, di Enrekang terdapat 46 ribu ekor sapi, 3 ribu kerbau dan kambing lebih dari 30 ribu ekor. Sementara hanya tersedia 1000 dosis vaksin dan tim satgas PMK telah menggunakannya untuk melakukan vaksinasi pada 655 hewan ternak.
"Realitanya, vaksin kami terbatas. Tetapi sesuai perintah satgas, utamakan dulu sapi perah. Tapi sekalipun itu sapi perah tapi di zona merah tidak dapat kami lakukan," pungkasnya.
Alwi juga meminta masyarakat untuk bisa bekerja sama dalam menyelesaikan wabah ini. Tidak hanya mengawasi perpindahan hewan utamanya hewan dari atau masuk ke zona merah tetapi juga untuk memperkecil penularan wabah ini. (Fadli)