Oleh: Darussalam Syamsuddin
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Hari ini Senin 4 Maret 2024, bertepatan dengan tanggal 23 Sya’ban 1445 H. Beberapa hari ke depan, umat Islam akan menyambut Ramadan 1445 H.
Sebagai bulan yang mubarak, tentu umat Islam akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya semoga keutamaan dapat diraih baik dalam melaksanakan ibadah ritual sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah saw maupun ibadah sosial dalam bentuk pengkhidmatan terhadap sesama manusia.
Seluruh ajaran Islam dimaksudkan untuk mensucikan diri penganutnya. Misalnya dua kalimat syahadat dimaksudkan mensucikan diri dari kemusyrikan. Salat mensucikan pelakunya dari perbuatan keji dan munkar. Puasa mensucikan diri dari godaan dan bujuk-rayu hawa nafsu, zakat membersihkan rezeki dan harta, haji mensucikan perjalanan kepada Allah. Semuanya berujung dengan pensucian diri pelakunya.
Beberapa hal yang patut menjadi perhatian untuk meraih keutamaan Ramadan Tahun 1445 H. Adalah: Pertama, Ikhlas yakni beramal semata-mata mencari ridha Allah. Ikhlas berasal dari kata khalasha yang bermakna bersih atau lepas dari sesuatu.
Ikhlas juga dapat berarti khalash yakni selamat atau terlepas dari bahaya. Jadi ikhlas selain bermakna bersih, juga bermakna menyelamatkan. Semua orang celaka kecuali mereka yang beramal, semua orang yang beramal akan celaka kecuali mereka yang ikhlas.
Makna ikhlas secara jelas tergambar dalam Al-Qur'an “Katakan: Sesungguhnya salatku, ibadahku, perjuanganku, hidup, dan matiku lillahi rabbil ‘alamin”. (karena, untuk, dan milik) Allah. Seorang istri yang melayani suaminya setelah bepergian dalam waktu yang lama, tidak peduli apakah suaminya akan memberi uang, atau suaminya akan marah kepadanya.
Semua dilakukan karena tahu bahwa itu adalah kewajibannya, istri tersebut berbuat karena Allah. Ketika kita membantu seseorang yang membutuhkan bantuan, karena kita sadar bahwa membantu sesama adalah perintah Allah. Hal itu adalah keikhlasan, tetapi jika kita menghentikan bantuan kepada orang lain, karena orang tersebut tidak berterima kasih atau justru berbuat yang tidak kita inginkan, kita berbuat bukan karena Allah.
Riwayat menyebutkan bahwa ketika malaikat Malik penjaga neraka menggiring para penghuni neraka, Allah berfirman “Jangan bakar kakinya, karena kaki itu pernah digunakan menuju ke masjid. Jangan bakar tangannya, karena tangan itu pernah tengadah ke langit berdoa kepada-Ku.
Malaikat Malik kemudian berkata: wahai penghuni neraka apa yang menyebabkan kalian celaka, mereka menjawab dulu di dunia kami beramal bukan karena Allah”.
Kedua, pembersihan diri. Puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami-istri di siang hari Ramadan mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Melainkan mengendalikan indra lahiriah seperti : pendengaran, penglihatan, ucapan.
Serta mengendalikan indra batiniah seperti: pikiran dan imajinasi. Di masa Nabi Muhammad Saw. ada seorang perempuan siang hari berpuasa, malam harinya beribadah, namun tetangganya tidak selamat dari ucapan-ucapannya. Perempuan tersebut hanya menahan lapar dan haus saja, namun tidak mengendalikan lisannya. Takwa tidak mungkin dicapai tanpa pembersihan diri.
Ketiga, ihsan dan ibadah. Ketika puasa seorang muslim diajar untuk membiasakan diri berbuat baik. Berbuat baik kepada makhluk Allah dan berbuat baik dalam beribadah kepada Allah. Dibiasakannya memperbanyak sedekah, menolong orang lain, menggembirakan dan membahagiakan orang yang dalam kesulitan, meringankan beban orang yang terbebani beban hidup yang berat.
Di saat yang sama digerakkannya bibir dan lidah berzikir dan membaca Al-Quran, ditegakkannya kaki untuk salat malam, dan dipenuhinya waktu sahur dengan istighfar. Semuanya dilakukan hanya mencari ridha Allah agar senantiasa kalbunya tercerahkan dengan sinar rabbani. Selamat datang Ramadan 1445 Hijriah. Wallahu A’lam bis-sawab. (*)