Banyak cerita lucu dan menarik bahkan berkisah tentang kenaikan pangkat dan jabatan yang diembannya. Saya tidak mencatat, karena ketika saya ijin untuk wawancara khusus, beliau menolak halus.
"Ini pertemuan nostalgia yang tak direncanakan, pak Andi", senyumnya, sambil bertutur. "Waktu dulu saya sibuk dan menjabat, hampir tak ada waktu santai seperti saat ini. Sekarang saya bebas mengatur waktu jadi Pengusaha, juga buka Kantor Pengacara dan Advokat".
Sambil bercerita, sesekali, mengajak saya menikmati hidangan yang dibuat sendiri oleh ibu Hj. Sri, isteri beliau.
Pelan saya mengamati sosok Jenderal dengan penampilannya yang tak pernah luntur. Necis, mirip Peragawan hingga usia ke 65.
Teringat dulu waktu saya menghadap minta tolong untuk lepaskan motor teman Wartawan yang ditangkap karena tak punya Surat Ijin Mengemudi (SIM). Responnya justru tak pernah saya sangka.
"Tolong sampaikan salam dan rencana saya ke pak Ketua PWI Sulsel, bahwa Kasatlantas akan memberi SIM kepada semua Wartawan yang tak memiliki ".
Bak pepatah, Pucuk dicintai ulam tiba. Wartawan memang perlu didisiplinkan. Terus terang saat itu, Wartawan seolah lebih 'kuasa' dari penguasa. Semua dianggap mudah karena kemitraan yang terjalin akrab. Namun mungkin bagi Kasatlantas, harus ada perubahan. Sekaligus memberi 'pelajaran' agar Wartawan memiliki rasa 'malu' melanggar Undang Undang Lalulintas.