JAKARTA, RAKYAT SULSEL.CO - Ledakan bintang nova, salah satu jenis ledakan bintang, diprakirakan bisa dilihat dengan mata telanjang dari Bumi tahun ini, sebuah momen yang cuma sekali seumur hidup.
Ledakan ini, melansir Space, berasal dari sistem bintang bernama T Coronae Borealis (T CrB). Letaknya sekitar 3.000 tahun cahaya dari Bumi. Artinya, ledakan ini terjadi 3.000 tahun lalu dan 'kiriman gambarnya' baru sampai di Bumi tahun ini karena saking jauhnya jarak.
Sistem ini terdiri dari katai putih (white dwarf) kecil seukuran Bumi yang mengorbit bersama bintang raksasa merah, yaitu bintang mirip Matahari di usia lanjut dan kehabisan bahan bakar nuklir.
Sebagai perbandingan, Matahari, yang merupakan pusat Tata Surya kita, diperkirakan akan menjadi raksasa merah dalam waktu sekitar 5 miliar tahun.
Raksasa merah ini membengkak antara 100 hingga 1.000 kali ukuran aslinya saat mereka hampir mati. Saat raksasa merah mengelupas lapisan luarnya, katai putih 'mencuri' materi tersebut.
Katai putih itu kemudian memicu kilatan fusi nuklir singkat di permukaannya; hidrogen akan menumpuk di permukaannya, menaikkan suhu, dan akhirnya terbakar seperti bom, memicu apa yang dikenal sebagai ledakan nova.
Nova di sini merupakan sejenis ledakan bintang. Mengutip Mashable, ledakan ini butuh bintang katai putih, 'bangkai' bintang berukuran sedang yang telah mati.
Nova tidak menghancurkan katai putih. Ini cuma ledakan yang menyebabkannya memuntahkan unsur-unsur seperti karbon dan besi kembali ke luar angkasa.
Walter 'Will' Golay, mahasiswa pascasarjana di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, mengatakan tidak semua nova bersifat berulang. Namun, T Coronae Borealis, satu dari lima nova yang teramati di galaksi Bima Sakti, punya siklus yang menarik.
"Karena perpindahan massa [dari bintang pendampingnya] kira-kira konstan selama bertahun-tahun, artinya ini akan menumpuk, menumpuk, menumpuk, meledak, meledakkan seluruh massanya, dan kemudian ia akan memulai semuanya lagi [dari awal]," urainya.
Jangan samakan nova dengan supernova. Istilah terakhir ini adalah lenyapnya sebuah bintang yang sangat besar sebelum ia runtuh menjadi lubang hitam (black hole) atau bintang neutron.
Golay menyebut pentingnya mempelajari ledakan nova ini adalah soal masa depan tempat tinggal manusia.
"Katakanlah setengah dari semua bintang adalah bintang biner (pasangan bintang). Itu berarti setengah dari seluruh planet ekstrasurya (exoplanet) memiliki bintang biner. Dalam pencarian dunia lain yang dapat dihuni, penting bagi kita untuk memahami bagaimana perilaku bintang induknya," kata Golay.
"Jelas, Anda tidak ingin tinggal di planet ekstrasurya di sekitar bintang yang meledak setiap 80 tahun," ucap dia.
Lokasi ledakan
Nova akan terlihat di konstelasi Coronae Borealis alias Mahkota Utara, yang membentuk bintang setengah lingkaran.
NASA, dalam keterangan resminya, menyebut, "para astronom yakin ledakan tersebut akan terjadi lagi antara Februari dan September 2024."
Sistem bintang ini biasanya punya magnitudo +10, yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang. Saat ledakan nova, yang terakhir kali terjadi pada 1946, tingkat kecerahan sistem ini akan melonjak menjadi magnitudo +2.
"Kecerahannya akan serupa dengan Bintang Utara, Polaris," kata NASA.
"Ini bisa menjadi kesempatan melihat sekali seumur hidup karena ledakan nova hanya terjadi setiap 80 tahun," lanjut pernyataan tersebut.
Untuk melihat ledakan tersebut, penikmat langit malam harus mengarahkan pandangan ke Coronae Borealis, yang terletak di antara konstelasi Boötes dan Hercules.
"Saat kecerahannya mencapai puncak, ia (nova) akan terlihat dengan mata telanjang selama beberapa hari dan lebih dari seminggu dengan teropong sebelum meredup lagi, mungkin untuk 80 tahun ke depan," kata NASA.
Biasanya, orang-orang yang tinggal di pedesaan lebih diuntungkan dengan kondisi langit malam.
Namun, dalam kasus nova ini, sedikit polusi cahaya kota dapat membantu mempersempit cakupannya, menyaring segala sesuatu kecuali objek yang paling terang; nova seharusnya menjadi salah satu yang paling menonjol.
Bagaimana cara tahu nova akan segera terjadi?
"Sebelum ledakan terakhir pada 1946, sistem [bintang]-nya sedikit meredup, dan itu terjadi begitu saja," kata Golay, yang berencana mempelajari peristiwa tersebut dengan teleskop Submillimeter Array di Hawaii.
"Setelah terlihat meredup, warga jadi waspada [soal nova]." (CNN/RAKSUL)