MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrat Sulawesi Selatan tengah melirik dua figur yang ingin diusung pada pemilihan gubernur Sulawesi Selatan. Kedua partai ini mengancang-ancang membentangkan karpet 'hijau' dan 'biru' kepada Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) dan Moh. Ramdhan 'Danny' Pomanto. Kandidat Partai NasDem dan Partai Amanat Nasional, Andi Sudirman Sulaiman, tak masuk radar.
Ketua PPP Sulsel, Imam Fauzan Amir Uskara mengatakan memberi ruang lebar kepada Iwan Aras dan Danny Pomanto untuk maju di Pilgub Sulsel 2024. Menurut dia, kedua sosok itu layak untuk memimpin Sulsel lima tahun mendatang.
"Dua nama itu yang kami rasa bisa bersama PPP," ujar Imam, Minggu (23/6/2024).
Dia mengatakan, Iwan Aras sudah punya punya pengalaman politik dengan dua kali menjadi anggota DPR RI. Selain itu, Iwan Aras juga berlatar belakang pengusaha. Adapun Danny, punya pengalaman mengelola pemerintahan dengan menjabat wali kota Makassar selama dua periode.
"PPP membuka peluang besar untuk mengusung keduanya," imbuh Imam.
PPP Sulsel memiliki delapan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel. Bila bergabung dengan Partai Gerindra yang mengontrol 13 kursi, maka koalisi dua partai ini sudah lebih dari cukup untuk mendaftarkan pasangan calon ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan dukungan 21 kursi.
"Kalau kedua figur ini bersatu, kami pikir sangat besar peluang untuk menang di Pilgub Sulsel," ucap dia.
Ruang dukungan kepada Iwan Aras juga datang dari Partai Demokrat Sulsel. Menurut Ketua Demokrat Sulsel, Ni'matullah
pihaknya masih menimbang sejumlah figur yang potensial maju di Pilgub Sulsel. Apalagi, kata dia, beberapa figur telah mendaftar untuk memperebutkan rekomendasi seperti Danny Pomanto, Ilham Arif Sirajuddin, Andi Muhammad Bausawa Mappanyukki, Sudirman Sulaiman, dan Adnan Purichta Ichsan.
"Semua figur itu punya peluang diusung. Tapi, beberapa belum mengembalikan formulir pendaftaran," imbuh Ni'matullah.
Bagi Demokrat, kata Ni'matullah, belum ada hasil survei yang bisa menggerakkan untuk segera mengambil keputusan. Alasannya, sambung dia, sosok yang muncul dalam survei adalah mereka yang sudah lama melakukan sosialisasi.
"Kita akan melihat berapa banyak partai yang bisa dia dapat. Itu soal juga. Ini bukan sekadar survei. Meski survei bagus kalau tidak ada tiket, kan, tidak bisa maju," ujar Ni'matullah.
Dia berharap, Ketua Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras bisa maju di Pilgub Sulsel. Dengan begitu, kata Ni'matullah, Koalisi Indonesia Maju saat pemilihan presiden lalu, bisa terwujud di Pilgub Sulsel.
"Kalau Iwan Aras maju, di atas 50 persen, Demokrat bersama Gerindra. Ada kecenderungan bagi kami kalau untuk Pilgub, koalisi nasional itu diharapkan bersambung ke daerah," beber dia.
Selain tergabung dalam Koalisi Nasional, diungkapkan Ni'matullah, alasan lain mendukung Iwan Aras, karena memiliki rekam jejak yang bagus. "Iwan Aras berpengalaman di Komisi V DPR RI. Dia juga tokoh muda dan paling penting sebagai ketua Gerindra Sulsel. Saya kira itu menjadi pertimbangan bagi kami untuk mendukungnya," kata Ni'matullah.
Bagi Ni'matullah, meskipun survei Iwan Aras masih sangat rendah, hal itu bukan persoalan serius. Apalagi, kata dia, Iwan Aras belum menyatakan secara terbuka ke publik mengenai keinginannya maju di Pilgub Sulsel, meskipun alat peraga kampanye sudah terpasang.
"Dia belum sosialisasi masif dan belum menyatakan secara terbuka untuk maju. Bagaimana namanya bisa terekam dalam survei?Figur yang itu bagus surveinya karena menyatakan siap maju dan sosialisasi lebih awal. Pasti terpantau survei," ucap dia.
"Kalau pun Iwan Aras tidak maju, kami terbuka pada opsi lain," sambung dia.
NasDem Tahan 'Rekomendasi'
Sementara itu, Partai NasDem masih menahan rekomendasi kepada pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Pasangan ini telah resmi diusung oleh NasDem Sulsel melalui rapat pleno, beberapa waktu lalu. Sekretaris DPW NasDem Sulsel, Syaharuddin Alrif mengatakan sebetulnya rekomendasi kepada Sudirman-Fatma sudah ada di DPP NasDem.
"Sisa menunggu jadwal untuk diserahkan," kata dia.
Dia memastikan dukungan NasDem tidak akan berubah kepada pasangan ini. Adanya wacana bahwa NasDem akan menarik dukungan kepada Sudirman-Fatmawati, disebut Syaharuddin hanya isu belaka.
"Siapa bilang ada yang berubah? Itu hanya isu yang dilempar orang lain," kata dia.
Syaharuddin tak merespons keraguan publik mengenai tindak lanjut pasangan Sudirman-Fatma. Dia mengatakan, NasDem tetap berkomitmen dan tidak ragu mengusung pasangan tersebut.
"Jadi, tidak ada keraguan. NasDem sudah final berdasarkan hasil rapat pleno," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPW NasDem Sulsel Tobo Haeruddin menyatakan keputusan final pasangan Sudirman-Fatmawati ada di tangan DPP.
"Bukan cuma Sulsel, semua DPW NasDem provinsi yang mengusulkan nama-nama, tidak serta-merta langsung diterima. Harus ada pendalaman dan pengkajian serta diplenokan oleh DPP," ujar Tobo.
Dia mengatakan hasil kajian dan pendalaman akan dirapatkan dalam pleno DPP NasDem. Dia pun mengakui dinamika politik di Sulsel jauh lebih dinamis dibandingkan provinsi lainnya.
"Memang sudah ada beberapa yang diumumkan, dan beberapa juga masih dalam pendalaman. Sulsel dinamikanya berbeda dengan provinsi lain. Artinya Sulsel ini setiap menit bisa selalu berubah-ubah. Termasuk menentukan figur," beber dia.
Tobo mencontohkan, dinamika terbaru muncul saat Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras didorong maju oleh kadernya. Bahkan balihonya sudah bertebaran di sejumlah wilayah di Sulsel.
"Tiba-tiba ada figur yang muncul seperti Andi Iwan Darmawan Aras. Ini dapat mengubah konstelasi dan menjadi pertimbangan lain. Untuk itu, setiap perubahan itu harus dicermati dengan melakukan pendalaman," imbuh Tobo.
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus mengatakan, rekomendasi pasangan ASS-Fatma yang masih tertahan di DPP banyak penyebabnya. Dia menilai NasDem masih ragu-ragu memberikan B1KWK untuk paslon tersebut.
"Jadi kalau kontestasi pilkada atau pilgub memang dinamikanya seperti itu. Kalau elektabilitas figur tak meyakinkan, rata-rata partai tidak mau mempertaruhkan. Apalagi sampai hari ini tidak ada yang elektabilitasnya begitu menjulang," kata Nurmal.
Dia menyebutkan, walau pun dalam survei pendahuluan Sudirman dienderso terlihat di atas dibanding calon lain, tapi untuk menang harus dibutuhkan lebih besar, misalnya dengan status petahana surveinya di atas 50 persen.
"Ini kan tidak ada. Mungkin sisi elektoral membuat juga NasDem masih ragu mengeluarkan rekomendasi karena survei berkutat di 20- 25 persen atau, tidak melewati 30 persen, sementara figur di bawah angkanya juga tipis," imbuh dia.
Nurmal mengatakan, bisa saja, misalnya, survei pendahuluannya memang di atas 20 persen, namun tidak begitu signifikan. Maka mungkin itu faktor pertama membuat DPP NasDem ragu berikan rekomendasi.
"Kalau mau fair, seharusnya pasangan ini sudah selesai karena ada Fatmawati sebagai bakal calon wakil gubernur. Dia pengurus DPP NasDem," kata Nurmal.
Menurut dia, ada keraguan DPP NasDem melihat pasangan ini, jadi tentu harus menguji lagi kedepan. Karena secara strategi untuk menaikkan elektabilitas sudah dilakukan oleh dua orang ini.
"Sudirman sudah menyebar banyak baliho begitupun Fatma. Harapannya ada peningkatan signifikan elektabilitas. Tapi mungkin NasDem melihat ada masalah kenaikan elektabilitas maka itu menjadi faktor sehingga rekomendasi urung diberikan," imbuh Nurmal.
Kalau melihat pasangan ini kedepan ada potensi berubah? Ia mengatakan, tergantung elektabilitas dan munculnya pesaingnya. Nurmal mengatakan, NasDem mewaspadai dua hal yakni kemungkinan elektoral jagoannya dianggap belum mencapai titik yang diinginkan dan elektoral calon lawan juga terus naik.
"Secara politik NasDem tidak ada persoalan karena bisa mengusung tanpa koalisi. Tapi secara elektoral, kandidat yang diusung bisa saja belum memenuhi target yang ditentukan oleh NasDem," imbuh Nurmal.
Munafri Timbang Survei
Sementara itu, Ketua Golkar Makassar Munafri Arifuddin alias Appi merespons hasil survei eksternal yang menempatkan dirinya dengan elektabilitas tertinggi pada wali kota Makassar.
"Kami tidak akan jemawa dan menjadikan hasil survei sebagai indikator menentukan strategi dalam pemenangannya," ujar Appi.
Dia mengatakan, sudah mengantongi hasil survei internal Golkar yang bekerja sama dengan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC). Survei itu akan jadi acuan dalam tim pemenangannya dalam menyusun program strategis. Survei ini kata dia, hanya sebagai acuan penyemangat bagaimana tetap optimis maju pilwali 2024.
"Jadi, survei yang akan membuat pola kami bekerja. Kami petakan wilayah yang harus benar-benar turun dan sebagainya. Jadi dari hasil survei ini akan dijadikan oleh tim untuk membuat program strategis untuk segera dijalankan," imbuh Appi.
Appi bersyukur hasil survei menempatkannya di posisi pertama dari segi elektabilitas. Hal itu disebut merupakan dampak dari kegiatannya selama ini. Dengan survei itu artinya apa yang dilakukan tentu berdampak sangat baik.
"Apakah survei ini membuat saya jumawa? Tidak! Justru survei ini memperlihatkan kami siapa dan menjadi potensial lawan kami siapa," kata dia.
Sebelumnya, Archy Research and Strategy merilis hasil survei elektabilitas bakal calon wali kota (cawalkot) Makassar 2024. Ada 12 nama bakal calon yang muncul, dimana Ketua Golkar Makassar Munafri Arifuddin (Appi) meraih elektabilitas tertinggi disusul Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo (RL) dan pengusaha Rusdin Abdullah (Rudal).
Survei Archy dilakukan pada periode 4-14 Juli 2024 dengan mengumpulkan data dari 1.692 responden yang tersebar di 15 kecamatan di Makassar. Metode yang digunakan stratified sampling dengan wawancara langsung atau tatap muka dengan responden.
Survei ini memiliki margin of error sebesar 2,38% dengan confidence interval atau tingkat kepercayaan 95%. Hasilnya, Appi memimpin dengan elektabilitas sebesar 21,40% disusul oleh Rudianto Lallo dan Rudal yang sama-sama di angka 8,20%. (suryadi-fahrullah/C)