MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Pasangan bakal calon bupati Luwu Utara, Muhammad Fauzi – Adji Arifin, mengajak tiga rivalitasnya untuk beradu gagasan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November nanti, daripada saling menjatuhkan.
Tiga rival Pilkada Luwu Utara (Lutra) yang dimaksud adalah Suaib Mansur – Trioyono, Arsyad Kasmar – Muhammad Fajar, dan Andi Abdullah Rahim – Jumail Mappile.
Saat ini, Muhammad Fauzi mulai menghadapi kampanye negatif, seperti tuduhan tidak sebagai putra Luwu Utara hingga menyia-nyiakan suara rakyat pada Pemilihan Legislatif (Pileg) lalu.
Pada Pileg Februari kemarin, Fauzi meraih 99.690 suara dari sembilan kabupaten/kota di Daerah Pemilihan (Dapil) Sulsel 3, dengan suara terbanyak di Luwu Utara, sebanyak 72.984 suara.
Fauzi menyatakan bahwa setiap kandidat yang terlibat dalam pertarungan harus siap berlaga, tidak hanya dalam persiapan fisik dan mental tetapi juga dalam menyampaikan visi dan misi yang jelas.
"Kalau kita sudah berada di arena pertarungan, berapa pun jumlah calon, kita harus siap. Banyak atau sedikitnya calon tergantung situasinya, tetapi kita harus mengedepankan visi, misi, dan gagasan," kata Muhammad Fauzi saat ditemui di RS Unhas Makassar.
Ia juga mengkritik calon yang fokus pada saling mencaci maki, menghujat, atau memfitnah lawan politik. Menurutnya, tindakan semacam ini merusak suasana demokrasi dan mengganggu proses pemilihan yang seharusnya sehat dan konstruktif.
"Kalau yang muncul saling mencaci maki, menghujat, atau memfitnah, itu merusak demokrasi. Mari kita hadirkan demokrasi yang damai, yang bisa dinikmati dan bermanfaat untuk menyelesaikan masalah," ujarnya.
Menanggapi tuduhan bahwa ia bukan putra Luwu, Fauzi mengakui bahwa ia memang bukan orang asli Luwu Utara atau Sulawesi Selatan. "Ironis jika pertanyaan itu diajukan, terutama di Luwu Utara yang merupakan daerah transmigrasi," katanya.
Fauzi juga membantah tuduhan bahwa ia mengkhianati suara rakyat. Ia menganggap pergeseran posisi politik sebagai hal yang wajar, memberi contoh Presiden Jokowi yang meninggalkan Jakarta untuk menjadi presiden, dan Gibran Rakabuming yang meninggalkan Solo untuk maju sebagai wakil presiden.
"Ini menunjukkan bahwa pergeseran wilayah dalam politik bukanlah hal yang asing," jelasnya.
Fauzi menegaskan bahwa meskipun secara pribadi ia mungkin memiliki pilihan lain, sebagai anggota partai, ia harus mematuhi arahan yang diberikan.
"Sebagai bagian dari partai, saya harus mengikuti perintah meskipun secara pribadi saya mungkin memilih untuk berada di DPRD. Ini adalah konsekuensi dari berpartai," pungkasnya. (Fahrullah/B)