GOWA, RAKYATSULSEL - Untuk mendukung program Perluasan Areal Tanam atau yang dikenal dengan PAT, Kementerian Pertanian meluncurkan program Indonesian Millenial for Modern Agriculture Corporation (IMMACo) atau Pertanian Milenial untuk Pertanian Modern Berbasis Korporasi khusus di lahan rawa.
Program ini merupakan integrasi manajemen agribisnis dan korporasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing petani melalui pembentukan kelembagaan ekonomi petani berbasis korporasi, yang akan memanajemen usaha tani dari hulu sampai hilir.
IMMACo. ini memiliki 8 pilar utama yakni konsolidasi petani, konsolidasi manajemen usaha, inovasi dan kesesuaian teknologi, dukungan infrastruktur dan logistik, akses pembiayaan, off taker, digitalisasi, dan juga sinergi.
“Program IMMACo ini adalah salah satu Langkah Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) dalam mendukung program PAT yang ada di lahan rawa,” jelas Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti.
Penanggung Jawab PAT kabupaten Bone, Wajo, Sinjai dan Bulukumba Detia Tri Yunandar menjelaskan bahwa di Kabupaten Bone pada beberapa wilayah untuk perluasan areal tanam yang dilaksanakan adalah OPLAH Rawa dan Pompanisasi, dengan target total 41.013 Hektar, yaitu OPLAH rawa 5403 Hektar dan pompanisasi 35.610 hektar.
Sampai dengan saat ini realisasi tanam yang telah dicapai yaitu sekitar 73%, yaitu oplah rawa 3.820 Hektar dan pompanisasi 26.282 hektar. Untuk Pompanisasi, Bantuan pompa yang telah masuk ke Kabupaten Bone sebanyak 1.548 unit, dan 69 unit irigasi perpompaan. Untuk oplah target 5.402 Ha, dengan progress konstruksi mencapai 72%.
"Alhamdulillah PAT di Kabupaten Bone dapat berprogress dengan baik, semua komponen yang ada mulai dari tim Kementerian Pertanian, Bapak Bupati beserta jajaran pemerintah daerah, dinas pertanian, sampai dengan TNI semua aktif dan berkolaborasi dalam upaya percepatan PAT baik oplah maupun pompanisasi," Kata Detia Tri Yunandar, Rabu (6/9).
Adanya oplah rawa khususnya untuk wilayah Desa Uloe kec Dua Boccoe ini memberikan dampak positif bagi pertanian, yakni yang biasanya pada musim hujan akan terendam banjir, sehingga petani tidak bisa menanam, banjir akan mulai surut pada bulan Oktober.
"Sekarang dengan adanya konstruksi oplah rawa, air menjadi cepat surut, sehingga bisa dilakukan percepatan tanam yang biasanya Oktober baru tanam, sekarang Septemper sudah mulai menanam. IP sebelum konstruksi rata-rata 150 jika musim bagus bisa 200, setelah oplah rawa ini, dipastikan IP menjadi 200, dan bahkan kami sudah merancang dengan BPP dan poktan di wilayah ini untuk bisa mengejar IP 300 dengan catatan nanti di Masa Tanam 3 menggunakan varietas genjah," Papar Detia.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, pengembangan lahan rawa merupakan komitmennya untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan perluasan tanam dalam waktu dekat ini. Pengembangan lahan rawa ini dikelola melalui optimasi lahan yang diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas.
“Kemarau seperti sekarang ini justru jadi berkah bagi para petani di lahan rawa. Rawa yang surut membuat petani bisa bercocok tanam padi dan palawija, musim kemarau bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin karena hama lebih sedikit, sinar matahari cukup baik untuk fotosintesis dan proses pengeringan. Jadi kualitas gabah lebih baik", terang Mentan Amran. (*)