MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Head to head di sejumlah daerah akan menjadi ancaman serius bagi kandidat petahana. Dengan jeda waktu yang lama setelah melepas jabatan di periode pertama, membuat para incumbent ini patut waspada. Tantangan dari calon yang berstatus pendatang baru bukan tidak mungkin menggerus basis pemilih yang telah dirawat selama satu periode. Belum lagi, karena lawan dari petahana hanya satu pasang calon.
Pada pilkada 27 November nanti, petahana di enam daerah plus di Pilgub Sulsel hanya melawan satu calon pasangan kandidat. Dengan begitu tensi persaingan untuk merebut suara pemilih juga akan tinggi. Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi akan mendapat lawan berat yakni Danny Pomanto-Arsyad Arsyad.
Di Kabupaten Wajo, pasangan Amran Mahmud-Amran ditantang oleh Andi Rosman-Baso Rahmanuddin, di Bulukumba, pasangan Andi Muchtar Ali Yusuf-Edy Manaf ditantang oleh pasangan Jamaluddin Syamsir-Tomy Satria Yulianto.
Di Tana Toraja, pasangan Zadraq Tombeg-Erianto Laso’ Paundanan menghadapi penantang Victor Datuan Batara-John Diplomasi. Di Takalar, pasangan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim ditantang oleh Muhammad Firdaus -Hengky Yasin.
Sementara itu, di beberapa daerah terdapat pecah kongsi antara bupati dan wakil bupati. Di Toraja Utara, pasangan Yohanis Bassang-Marthen Rantetondok ditantang oleh Frederick V Palimbong-Andrew Branch Silambi. Di Bantaeng, Ilham Azikin-Kanita Kahfi akan menghadapi Fauzi Nurdin Abdullah-Sahabuddin.
Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah mengomentari peluang akibat head to head bagi kandidat petahana. Menurut dia, skema ini merupakan ancaman bagi petahana, karena kandidat penantang akan memiliki kesempatan untuk melakukan konsolidasi kelompok yang tidak sejalan dengan petahana.
"Jadi kelompok-kelompok yang merasa dirugikan oleh kepala daerah petahana pasti mencari sosok yang bukan incumbent. Pemilih pasti hitung-hitungan jika petahana kembali terpilih maka gerbong yang diperhatikan hanya para pendukung mereka," kata Asratillah, Minggu (8/9/2024).
Menurut dia, peluang pendatang baru akan bergantung pada kemampuan mereka dalam mengkonsolidasikan kelompok yang tidak sejalan dengan petahana. Dengan begitu, hal ini akan menjadi ancaman besar bagi petahana dalam mempertahankan basis pemilihnya.
"Kalau penantang mampu mengkonsolidasikan kelompok oposisi itu ancaman besar bagi petahana," imbuh Asratillah.
Namun, sambung Asratillah, posisi petahana tetap paling diuntungkan secara elektorat. Menurut dia, basis pemilih sebelumnya masih bisa direkatkan dengan tetap memberikan dukungan. Apalagi, kata dia, kandidat yang berposisi sebagai calon bupati bisa menggalang massa lebih besar dibanding calon wakil bupati.
"Wakil kepala daerah hanya menambah dan menjadi support system. Kalau pada pilkada selanjutnya teRnyata pecah kongsi maka loyalitas lama juga pecah dan lebih banyak akan tetap ke posisi kepala daerah atau 01," tutur Asratillah.
Dia mengatakan petahana kepala daerah memiliki pengaruh jauh lebih kuat ke birokrat atau ke masyarakat. Ini dikarenakan kepala daerah patahan memiliki kewenangan yang berpihak kepada birokrat maupun masyarakat.
"Baik itu dalam kebijakan atau anggaran. Apalagi kalau petahana memiliki kunjungan ke masyarakat lebih banyak dibandingkan wakilnya selama ini," imbuh dia.
AMAN Tunjuk Jubir
Sementara itu, bakal calon Wali kota Makassar, Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando (AMAN) memilih legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan terpilih Yeni Rahman juru bicara. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, amanah ini menjadi tantangan namun akan diemban.
"Saya mungkin bisa disebut sebagai representasi perempuan. Di Kota Makassar, pemilih perempuan lebih banyak," ujar Yeni.
Dia mengatakan, meski berstatus juru bicara, namun dirinya tetap akan intens ke lapangan. Sebagai legislator terpilih, kata dia, punya massa dan konstituen.
"Maka saya akan upayakan agar mereka memilih pasangan AMAN," ujar dia.
Yeni menyebut, AMAN juga akan terus menggaet pemilih muda. Menurut dia, yang paling memahami anak milenial adalah kalangan ibu-ibu. Dia juga telah mengusulkan kepada pihak terkait mengenai berbagai program kepemudaan.
"Kami sudah mengusulkan juga ke Dispora, bahwa Makassar kekurangan ruang ekspresi anak muda," kata Yeni.
Legislator DPRD Makassar itu juga menilai, solusi permasalahan yang dihadapi pemuda tidak harus selalu menempatkan anak muda sebagai solusinya.
"Tetapi lebih pada konsep yang ditawarkan dalam upaya penuntasan. Kami melihat ide milenial itu tidak harus dari milenial," imbuh dia.
Yeni Rahman tidak sendiri, Ia bakal berduet dengan anak muda bernama Sarwandi sebagai jubir paslon AMAN.
Tim MULIA dan INIMI
Adapun, bakal pasangan calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) terus mendulang dukungan. Mereka mendapat dukungan dari Laskar Merah Putih.
Ketua Laskar Merah Putih LMP Sulsel, Taufik Hidayat, mengkonfirmasi langsung dukungan organisasinya kepada paket yang juga dikenal dengan gelar 'Si Ganteng dan Si Cantik'. Menurut dia, ada beberapa alasan mereka kemudian memutuskan menyokong MULIA di Pilwalkot Makassar 2024 ini.
"Pertama, kami melihat sosok Pak Munafri Arifuddin atau Appi itu ibadahnya bagus, nah kalau pemimpin bagus ibadahnya pasti outputnya yang berupa kebijakan-kebijakan juga akan baik sesuai dengan ajaran agamanya," ujar Taufik.
Taufik meyakini Appi merupakan sosok pemimpin yang amanah. Selain itu, dia percaya Appi adalah sosok pemimpin yang adil yang bisa memperlakukan seluruh warga kota dengan setara dan berkeadilan.
"Appi itu insyaallah amanah. Kalau seorang pemimpin ibadahnya bagus, akhlaknya bagus maka pasti tidak akan zalim terhadap warganya dan insyaallah pak Appi memiliki sifat adil dalam memimpin Kota Makassar," ujar dia.
LMP Sulsel juga menganggap Appi pemimpin cerdas dengan visi misi yang jelas. Ini menurut dia sangat dibutuhkan Kota Makassar agar bisa semakin baik.
Seperti halnya Appi, LMP Sulsel juga mengakui kapabilitas Aliyah Mustika. Dengan pengalamannya mendampingi Ilham Arief Sirajuddin (IAS) sebagai wali kota dua periode serta statusnya sebagai anggota DPR RI, LMP percaya Aliyah akan memberikan sumbangsih besar bagi kota ini.
"Dengan pengalaman sebagai istri wali kota 10 tahun dan menjadi anggota DPR RI 10 tahun, maka ibu Aliyah ini dipastikan sangat paham dan mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat Makassar dan paham betul bagaimana memimpin kelak di Kota Makassar," ucap Taufik.
Sementara itu, liaison officer (LO) pasangan bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI) mengutus 153 perwakilannya untuk menghadiri Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) Pemilihan Serentak 2024.
Kegiatan yang berlangsung 7 September 2024 ini, diadakan di seluruh Sekretariat PPS tingkat Kelurahan se Kota Makassar yang diselenggarakan KPU.
Koordinator LO INIMI, Irwansyah Syarifuddin mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting sebagai pemutakhiran data DPSHP.
"Kami dari tim INIMI menyebar 153 LO Kelurahan agar menghadiri kegiatan tersebut, karena menurut saya dipandang penting," ucap dia.
Dia juga menyebutkan, untuk LO Kelurahan yang dia sebar sudah diberikan mandat masing-masing agar bisa menghadiri kegiatan tersebut. "Mandat sudah kami kirimkan semua ke masing-masing LO Kelurahan," ungkap Irwan.
Untuk diketahui, Indira-Ilham maju Pilwalkot Makassar 2024, Indira-Ilham diusung tiga partai politik (parpol), yakni Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB (9,19%), PDI Perjuangan (7,8%), dan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP (6,83%).
Suhartin Diganti
Partai pengusung di Pilkada Maros, menyepakati nama Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perhubungan, dan Pertanahan (PUTRPP) Kabupaten Maros, Muetazim Mansyur dipilih menjadi pengganti Suhartina Bohari sebagai calon wakil bupati mendampingi Chaidir Syam pada Pilkada Maros 2024.
Ketua Bappilu DPD I Golkar Sulsel, La Kama Wiyaka membenarkan hal tersebut. Ia menyampaikan bahwa saat ini hanya usulan satu nama itu masuk ke partai pengusung sehingga menjadi kesepakatan bersama mengganti posisi Suhartina.
"Sudah disepakati pak Muetazim Mansyur gantikan bu Tina. Nama ini yang lagi proses. Sudah disampaikan juga partai pengusung," ujar Lakama.
Penunjukan Muetazim disebut kesepakatan partai pengusung setelah Suhartina dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) dalam tes kesehatan dan Narkotika.
Partai Golkar menyetujui nama tersebut sebagai pengganti Suhartina juga Ketua DPD II Golkar Maros. Pasalnya sosok Muetazim Mansyur dari kalangan PNS ini sudah lama bergabung di Sayap Partai Golkar yakni Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI).
"Muetazim juga merupakan Bendahara Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), organisasi di bawah naungan Golkar. Bagian dari sayal partai," tutur dia.
Terkait status Muetazim yang masih berstatus aparatur sipil negara (ASN), La Kama menuturkan hal itu bukan persoalan.
"Kan ada prosedur, jadi yang bersangkutan akan segera menyetor surat pengunduran diri,” ujar dia.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maros telah memberikan hasil pemeriksaan dan verifikasi dokumen syarat calon dan hasil pemeriksaan kesehatan bakal pasangan calon Chaidir Syam-Suhartina Bohari. Dalam hasil pemeriksaan, Suhartina Bohari dalam statusnya sebagai bakal calon wakil bupati dinyatakan tidak memenuhi syarat atau TMS.
"Sudah kami berikan hasil pemeriksaan dan verifikasi dokumen syarat calon dan hasil pemeriksaan kesehatan kepada tim pasangan calon, dan untuk statusnya bakal pasangan calon bupati memenuhi syarat dan bakal pasangan calon wakil bupati tidak memenuhi syarat," kata Ketua KPU Maros, Jumaedi.
Status TMS tersebut, sambung Jumaedi, itu soal kesehatan bakal calon wakil bupati Suhartina Bohari yang akan menjadi pendamping Chaidir Syam untuk periode kedua Maros Keren.
"Status TMS itu karena kesehatan, dan kami tidak bisa memberikan rincian dan detailnya," ujar dia.
Juru bicara Chaidir Syam, Chaerul Syahab akan mengikuti seluruh mekanisme dan aturan di pilkada. "Sangat disayangkan sesungguhnya keadaan ini, tapi apa daya kita ini berada di negara hukum. Kita mesti menaati keputusan dari KPU," ujar Chaerul. (fahrullah-suryadi/C)