Oleh: Ema Husain
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan soal curah hujan banyak terjadi di Indonesia sampai Oktober 2025, sekalipun pada bulan-bulan sekarang harusnya sudah memasuki musim kemarau. Yang terbaru ada lima kabupaten yang dilanda longsor dan banjir, yaitu Bulukumba, Sinjai, Bantaeng, Jeneponto, dan Bone.
Bahkan kabupaten yang wilayahnya banyak pegunungan seperti Enrekang, hampir tiap saat terjadi longsor. Hujan yang terjadi beberapa lama akan disusul dengan longsor. Tentu saja penulis berprasangka jika luasnya pembukaan lahan menjadi pemicu utama.
Sepanjang mata memandang di tanah Duri, Enrekang, yang terlihat adalah kebun bawang merah. Komoditas yang banyak mengubah taraf perekonomian masyarakat. Bahkan, saat ini kebun bawang menjadi objek wisata yang sangat menarik jika malam hari.
Dengan pemandangan kerlap-kerlip cahaya lampu, yang juga berfungsi untuk mengusir hama ulat yang saban hari menyerang tanaman bawang. Tentu saja cara tersebut adalah terobosan yang patut diapresiasi sebab akan menjauhkan petani dari penggunaan pestisida yang tidak ramah lingkungan. Pestisida dapat merusak kesehatan dan menurunkan kualitas bawang merah. Apalagi saat ini beberapa negara sangat selektif untuk menerima bawang yang terkontaminasi pestisida.
Pemandangan ini tentu saja kontras dengan keadaan pada saat penulis berkunjung di Enrekang pada awal tahun 2000-an. Longsor dan banjir sudah kerap terjadi saat memasuki musim penghujan tiap tahun, terjadi di wilayah Enrekang. Curah hujan yang intens tentu saja bukan faktor tunggal, tapi akibat pembukaan lahan perkebunan yang melebihi batas toleransi. Akibatnya pohon-pohon yang dahulu berperan untuk menyerap air kini tiada lagi. Selain menyerap air pohon juga dapat menahan terjadinya longsor.
Enrekang sepengetahuan penulis banyak terdapat kawasan hutan lindung. Dengan ciri-cirinya memiliki kemiringan 45 derajat biasa berbentuk tebing atau bukit. Apalagi Enrekang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan dan gunung yang mencapai 80 persen. Hingga memang sangat rentan terhadap bencana alam.
Sebagaimana kita ketahui fungsi hutan lindung cukup signifikan untuk melestarikan flora dan fauna. Selain itu hutan lindung juga menyokong kebutuhan air serta mencegah terjadinya masalah seperti longsor dan bencana banjir. Sebab pohon yang mempunyai akar akan menahan terjadinya pergeseran tanah yang berpotensi mengakibatkan bencana longsor.
Pemerintah daerah sudah seharusnya membuat terobosan dengan membuat aturan terkait pelestarian kawasan yang mampu mencegah terjadinya bencana banjir dan longsor yang akhir-akhir ini banyak terjadi di daerah Duri kompleks.
Dahulu Enrekang terkenal dengan buah salak. Jika kawan penulis yang mudik ke Enrekang pada saat kuliah selalu membawa salak dan dangke yang identik dengan Enrekang. Namun saat ini oleh-oleh yang tersisa hanya dangke sebab pohon salak sudah sulit ditemui di Enrekang. Kebun salak berubah menjadi kebun bawang merah.
Semoga pemerintahan yang baru mampu membuat terobosan yang bisa meminimalisasi kerusakan alam di Enrekang. Sebagaimana yang ditawarkan pada saat masa kampanye. (*)