MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Peringatan Hari Kebudayaan diperingati Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar. Pembukaan berlangsung di pelataran Gedung Balaikota dengan diikuti oleh seluruh peserta didik yang ada di Makassar, mulai dari siswa siswi SD, SMP, maupun SMA melalui live Youtube, Jumat (1/4).
Menariknya, tarian dan baju adat dari empat etnik meramaikan Hari Kebudayaan. Yakni, adat Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto menyampaikan, kegiatan ini telah menjadi rutinitas tahunan di Kota Makassar setiap 1 April. Ini, menjadi gambaran peradaban manusia.
“Peradaban kita sangat ditentukan oleh kebudayaan. Kebudayaan kita sangat ditentukan oleh tradisi, dan tradisi ditentukan oleh kebiasaan kita. Maka dari itu membagun kebudayaan adalah bagian dari membagun peradaban,” tegas Moh. Ramdhan Pomanto.
Pada kesempatan ini, Danny–sapaan akrabnya mengatakan, sejumlah program acap kali menyematkan bahasa Makassar. Hal itu, menjadi identitas Makassar ke depan. Seperti Sombere Smart City dan yang terbaru adalah Makassar metaverse alias Makaverse.
Namun, Danny menilai, penggunaan istilah Sombere Smart City, Makassar diklaim mendunia. Hal itu dibuktikan lewat panggilan dalam beberapa kegiatan di beberapa negara.
“Gara-gara kata Sombere Smart City, saya diundang hampir di seluruh Dunia. Bahkan saya diundang di salah satu forum bergengsi di dunia,” ujarnya.
Perayaan Hari Kebudayaan Makassar tahun ini digelar secara sederhana, sebab pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Namun paling tidak, kata walikota latar belakang arsitektur itu, pesan akan budaya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan tersampaikan pada seluruh masyarakat. Khusunya anak-anak sekolah sebagai generasi penerus pembagunan Kota Makassar kedepan.
Tak hanya itu, dalam forum Dewan Kebudayaan Makassar yang hari ini juga dikukuhkan Wali Kota Makassar disebut telah disampaikan agar nantinya pelajaran budaya Makassar seperti bahasa Makassar diajarkan pada anak sekolah.
“Saya meminta di forum tadi bahwa satu hari diajarkan bahasa daerah, itu permintaan saya bagi dewan kebudayaan. Saya minta akomodasi untuk di pendidikan diterapkan di sekolah-sekolah. Kita dorong melalui Dinas Pendidikan juga,” ujarnya.
“Dewan kebudayaan yang kaji kemudian keluar akomodasi, dan dari akomodasi itu saya keluarkan perwali. Namun ini harus diuji dalam kebudayaan untuk bahasa daerah itu, jangan semua mauku. Kalau bisa tahun ini,” sambungnya. (*)