“Sebelum bencana kemarin, sungai ini sudah menjadi daya tarik. Kiri kanan ada taman yang indah. Bahkan sungai ini menjadi pusat public space. Nah, ini yang coba kita kembalikan bahwa sungai ini memiliki potensi yang cukup besar untuk penataan wajah kota terkait brand tadi,” jelasnya, sembari berharap lima dimensi lain tetap menjadi perhatian.
Lima dimensi itu selain Dimensi Smart Branding adalah smart government, smart living, smart society, smart environment, dan smart economy.
Senada Suaib, Tim Ahli Smart City Kemkominfo, Agus Tri Cahyono, juga optimistis Luwu Utara bisa smart city sesuai tagline yang sudah ditetapkan.
“Insya Allah, Luwu Utara BISA Smart City,” kata Agus.
Kendati demikian, perlu ada sinergi dan kolaborasi lintas sektor agar smart city dapat berjalan baik. Makanya, kata dia, dimensi branding menjadi sangat penting.
“Smart City ini ada tiga sub dimensi-nya, yaitu wajah kota, pariwisata dan akses bisnis. Untuk itu, brand wajah kota nantinya bisa menjadi promosi Luwu Utara juga,” imbuhnya.
“Bagaimana kita mem-branding Luwu Utara ini dengan menarik. Logonya apa, ikonnya apa. Ketika ada tamu dari luar, ada branding terkait kemasan dan kuliner. Intinya ada yang dapat dipromosikan,” sambung dia.
Agus menyebutkan, sebelum menghasilkan sebuah dokumen smart city, maka ada 4 tahapan bimbingan teknis (bimtek) yang harus dilalui, dan dua tahapan sudah dilaksanakan dengan melibatkan Tim Ahli Smart City sebagai Tim Pembimbing, serta para Sekretaris Perangkat Daerah dan para Kasubag Perencanaan sebagai Tim Pelaksana Smart City di daerah.
Dikatakannya, Bimtek tahap pertama itu terkait dengan kesiapan daerah dalam mengimplementasikan smart city. Bimtek tahap kedua itu terkait bagaimana menguji gap analisisnya dengan menggunakan analisis SWOT.