RAKYATSULSEL - Etilen Glikol adalah senyawa berbahaya yang diduga terkontaminasi dalam obat sirop batuk dan demam untuk anak sehingga menyebabkan terjadinya beberapa kasusu gagal ginjal akut pada anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau tenaga kesehatan untuk menghentikan sementara pemberian resep obat sirup yang mengandung etilen glikol.
Etilen Glikol adalah senyawa organik yang digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan fiber poliester, indutri fabrik, serta polietilena tereftalat (PET) yang digunakan pada botol plastik.
Etilen glikol dengan kata lain disebut sebagai senyawa industri yang berguna yang ditemukan di banyak produk konsumen.
Contohnya termasuk antibeku, cairan rem hidrolik, beberapa tinta bantalan stempel, pulpen, pelarut, cat, plastik, film, dan kosmetik.
Etilen glikol tidak berwarna dan memiliki rasa manis dan tidak berbau. Makanya tak heran jika sebagian obat sirop anak terasa manis di lidah.
Etilen glikol bisa terurai menjadi senyawa beracun dalam tubuh jika ditelan. Etilen glikol merupakan senyawa beracun pertama-tama mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP), kemudian jantung, dan akhirnya ginjal.
IDAI: Hentikan Pemberian Obat Sirup Diduga Terkontaminasi Etilen Glikol atau Dietilen Glikol
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau tenaga kesehatan untuk menghentikan sementara pemberian resep obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol. Tujuannya, untuk menekan merebaknya kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang menyerang anak-anak.
"Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi atau lainnya yang tidak dapat diganti sediaan lain harap konsultasi dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak," ujar Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso, Rabu 19 Oktober 2022.
Piprim menuturkan, jika masyarakat memerlukan obat, maka tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain.
Obat pengganti tersebut dapat berupa suppositoria (obat yang dimasukkan ke dalam anus) atau bisa juga menggantinya dengan obat puyer dalam bentuk tunggal (monoterapi).
"Peresepan obat puyer tunggal hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan, pembuatan, dan tata cara pemberian," kata Piprim.
IDAI mengimbau tenaga kesehatan untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal gangguan ginjal akut progresif atipikal itu, baik pasien yang dirawat inap maupun dirawat jalan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatata, hingga saat ini terdapat 200 lebih anak yang alami ganguan ginjal akut. Sebanyak 99 diantaranya meninggal dunia.
Kemenkes dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta pihak Polri, saat ini masih melakukan pengujian sampel obat sirop anak yang menyebabkan gagal ginjal akut. (Fin/Mg1)