RAKYATSULSEL,CO - BONE, Setelah sukses menggelar pagelaran wayang orang Pandawa Boyong, kali ini TNI - Polri kembali bersinergi melaksanakan pagelaran wayang kulit Wahyu Makutharama dengan dalang Ki Harso Widisantoto, Ki MPP Bayu Aji Pamungkas, Ki Dr. H. Yanto,. SH., MH. dan Ki Sri Kuncoro di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri.
Pagelaran yang ditayangkan secara langsung melalui kanal Youtube Divisi Humas Polri pada Jumat (03/02/2023) malam, disaksikan oleh personel Polri di seluruh Indonesia termasuk Brimob Bone.
Hal ini dibenarkan oleh Komandan Batalyon (Danyon) C Pelopor Kompol Nur Ichsan, S.Sos, M.Si saat mengikuti nobar (nonton bareng) di Mako Brimob Bone.
Dikatakannya, sesuai perintah pimpinan agar seluruh jajaran menonton pagelaran wayang kulit ini.
"Tujuan dilaksanakannya pagelaran ini sebagai wujud sinergitas dan soliditas TNI - Polri serta perwujudan kecintaan dalam pelestarian budaya tanah air," sambungnya.
Cerita tentang Wahyu Makhutarama bermula pada titah Duryudana di Astina, yang merupakan guru Pandawa dan Kurawa, yang mengutus Adipati Karna, Pandawa dan Kurawa pergi ke Gunung Kutharungu. Gunung tersebut merupakan tempat pertapaan Swelagiri.
Perintah ini dikeluarkan Duryudana karena ia mendapat wangsit dalam mimpinya bahwa barang siapa yang bisa memiliki Makuta Sri Batararama, maka ia akan menjadi sakti, dan akan menurunkan raja-raja Tanah Jawa. Adipati Karna yang dikenal taat pun pergi menjalankan tugasnya ke Kutharungu.
Di Kutharungu ia bertemu dengan Hanoman. Diketahui Hanoman mendapat tugas dari Panembahan Kesawasidi untuk menjaga keamanan. Sebab, Panembahan Kesawasidi sendiri sedang bertapa di tempat tersebut.
Karna sempat mengungkapkan maksud kedatangannya kepada Hanoman. Namun, Hanoman yang berpegang teguh pada tugasnya menjaga tempat tersebut tak membiarkan Karna lewat. Sama-sama memiliki kemauan yang keras, keduanya pun bertarung.
Karna pun mengeluarkan pusaka Panah Kunta Wijayandanu untuk menghadapi Hanoman yang memang dikenal sakti mandraguna.
Hanoman sendiri tak menganggap remeh Adipati Karna sedikitpun karena ia mengetahui bahwa senjata Karna itu bukan sekadar pusaka. Hanoman pun terbang tinggi untuk menangkap panah yang telah dilepaskan oleh Karna.
Serangan Karna pun terpatahkan dan ia kehabisan akal menghadapi Hanoman hingga ia kembali ke Awangga. Ia menolak pulang ke Hastina karena belum berhasil menjalankan tugasnya.
Sementara itu Pandawa mengandalkan Arjuna untuk mencari Makutharama. Perjalanan Arjuna ditemani oleh empat sahabat yang dikenal dengan Punakawan.
Dalam perjalanannya ke Kutarungu, ia sempat dihadang oleh raksasa-raksasa yang menganggunya. Namun, dengan kesaktian Arjuna, serangan raksasa-raksasa itu tak menjadi halangan berarti.
Akhirnya, Arjuna pun sampai di Swelagiri. Bertemu dengan Kesawasidi, Arjuna pun menjelaskan maksud kedatangannya.
Panembahan Kesawasidi memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Makutharama itu bukanlah sebuah barang/benda apalagi barang. Wahyu Makutharama merupakan pengetahuan tentang kebijaksanaan dan budi pekerti raja yang sempurna.
Setelah selesai menyampaikan ajaran Makhutarama atau Astabrata itu, Panembahan Kesawasidi menyerahkan pusaka Kuntawijayandanu yang sempat direbut Hanoman kepada Arjuna.
Ia meminta pusaka tersebut agar diserahkan kembali kepada Karna sebagai pemilik. Arjuna pun bertolak meninggalkan Panembahan Kesawasidi.
Tanpa sepengetahuan Arjuna, Kesawasidi kemudian berubah menjadi wujud aslinya yaitu Prabu Kresna. Prabu Kresna secara diam-diam membuntuti Arjuna kembali ke kerajaannya di Amarta.
Sementara itu, Adipati Karna di Awangga sedang sedih meratapi kehilangan senjata pusakanya. Arjuna kemudian datang padanya untuk mengembalikan Kuntawijayandanu kepadanya. Keduanya pun saling melepas rindu karena lama tidak bertemu.
Arjuna pun menceritakan bahwa senjata itu diperolehnya dari Panembahan Kesawasidi saat ia bermaksud mencari Wahyu Makutharama. Mendengar cerita Arjuna, Adipati Karna yang memang sejak awal ingin tahu tentang wahyu Makutharama, meminta Arjuna untuk membagikan pengetahuan tersebut.
Namun, Arjuna menolak karena merasa harus memegang amanat dari Makutharama. Keduanya lalu justru bertarung. Namun, Arjuna masih lebih sakti dan bukan tandingan Karna, sehingga Karna kalah dan melarikan diri. Arjuna berusaha mengejar Karna.
Arjuna yang sedang mengejar Adipati Karna kemudian dihalangi oleh Shintawaka dan Madusubrata. Pertempuran kembali terjadi.
Kali ini, Arjuna kalah menghadapi Shintawaka dan Madusubrata, yang sebenarnya jelmaan istri-istrinya sendiri.
Saat Arjuna mundur menghindari pertempuran dengan Shintawaka dan Madusubrata, akhirnya bertemu dengan Prabu Kresna.
Prabu Kresna kemudian meminta Arjuna untuk menghadapi mereka kembali dengan menggunakan ilmu Asmaratantra yang berupa syair asmara yang bisa meluluhkan hati Shintawaka dan Madusubrata.
Akhirnya, saat Arjuna melantunkan syair tersebut, berubahlah wujud Shintawaka ke wujud aslinya yaitu Dewi Subadra dan Madusubrata kembali menjadi Dewi Srikandi.