BANTAENG, RAKYATSULSEL - Pakar Ekonomi Unhas, Prof Dr Muhammad Idrus Taba menyebut laju pertumbuhan ekonomi Bantaeng yang menyentuh angka 15,45 persen adalah sebuah hal yang luar biasa. Dia bahkan menyebut, laju pertumbuhan setinggi ini adalah yang pertama kalinya terjadi di Sulawesi Selatan.
"Sepanjang yang pernah saya amati, tidak ada daerah di Sulsel yang pernah mencapai laju pertumbuhan setinggi ini di Sulsel," kata dia.
Dia mengatakan, jika berkaca pada pertumbuhan ekonomi nasional yang tertinggi pernah mencapai angka tujuh persen. Pertumbuhan pada tujuh persen ini terjadi saat zaman pemerintahan Presiden RI, Soeharto.
"Kalau di tingkat Kabupaten itu, saya rasa Makassar pernah mencapai angka hampir 11 persen. Itupun sudah dianggap miracle (keajaiban,red), waktu itu. Kalau 15 persen ini, memang mengagetkan saya," kata dia.
Data yang dihimpun penulis, pertumbuhan ekonomi tertinggi di kabupaten di Sulsel terjadi di Luwu Timur pada 2010 lalu yaitu sebesar 13,19 persen. Capaian ini terjadi berkat industri pertambangan yang ada di Sorowako. Selain Luwu Timur, Kota Makassar pernah mencapai angka tertinggi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 10,52 persen pada 2009 silam. Kabupaten Maros pada 2011 silam juga menyentuh 11,24 persen.
Idrus mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi yang menyentuh angka 15,45 persen ini memang sangat luar biasa. Dia menyebut, laju pertumbuhan ini menandakan Bantaeng menjadi daerah dengan pemulihan ekonomi yang sangat pesat setelah Pandemi Covid-19.
"Kalau 2021 itu sampai di angka di atas 8 persen. Dalam waktu satu tahun bisa menyentuh 15,45 persen. Ini tinggi sekali. Apa yang terjadi di Bantaeng ini, perlu kaji oleh akademisi," kata dia.
Idrus menyebut, petumbuhan ekonomi di Bantaeng ini perlu dianalisis oleh para ahli. Apakah laju pertumbuhan ini terjadi karena ada stimulan ekonomi yang terjadi atau apakah karena memang ada hal lain yang mempengaruhinya.
"Saya hanya bisa memberikan tanggapan hipotetik. Bukan menganalisis. Saya coba melihatnya dari pendekatan berfikir ekonomi," kata dia.
Dia mengaku, yang terjadi di Bantaeng ini cukup unik. Dimana Bantaeng bukanlah daerah tambang yang bisa sejajar dengan daerah-daerah tambang lainnya di Indonesia.
Secara teori, kata dia, ada tiga hal yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dia menyebut, pertama adalah jika daerah itu adalah daerah pertambangan. Teori kedua adalah jika di daerah itu ada industri pengolahan dengan skala besar. Dan yang terakhir, adalah adanya investasi besar yang masuk ke daerah.
"Tetapi investasi ini adalah investasi di sektor riil, bukan investasi saham," kata dia.
Idrus Taba juga merekomendasikan kepada pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk menggiatkan Usaha Kecil Mikro (UKM) yang memberikan support industri pertambangan. Dia menyebut, salah satunya adalah dengan memberikan support terhadap industri-industri skala nasional yang ada.
"Sebaiknya mulai tumbuhkan juga industri-industri kecil, dimana rakyat yang berdaya. Tumbuhkan home industri, yang bisa memberi support kepada industri yang besar," kata dia.
Ahli Statistik, BPS Sulsel, Asep Yahya Mawali mengutarakan, Pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk Bantaeng tentu menjadi hal positif untuk daerah tersebut. Secara matematis, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat terjadi kapan pun, baik saat terjadi ekspansi usaha besar di daerah tersebut.
"Namun perlu digaris bawahi, biasanya angka pertumbuhan ekonomi tersebut kedepannya akan kembali pada angka normal saat suatu produksi usaha (besar) tadi telah pada titik normal kapasitas usahanya (tidak terjadi ekspansi lagi),"ucapnya.
ia membeberkan, salah satu pemicu laju pertumbuhan ekonomi yang saat ini juga melejit yaitu pada bidang usaha UMKM hampir diseluruh Wilayah Sulsel.
"Selain industri ferro nikel juga, perlu kami sebutkan bahwa Sektor industri industri rumahan/UMKM utamanya industri makanan minum sedang menggeliat juga di Bantaeng atau di Sulsel juga secara umum," kata dia. (Jet)