Di negara berkembang lebih banyak peluang investasi yang menguntungkan ketimbang di negara maju. Apalagi di negara berkembang yang dinilai prospektif seperti Indonesia, India, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.
Indonesia memanfaatkan kondisi di atas. Januari lalu, misalnya, Indonesia menjual obligasi berdenominasi USD sebesar 3 miliar ke pasar global. Dan sukses. Selain itu, dana investasi asing cukup deras masuk kembali ke pasar finansial dalam negeri.
Sejak awal tahun hingga akhir Februari 2013, misalnya, dana asing yang masuk ke obligasi pemerintah berdenominasi rupiah mencapai Rp 44 triliun.
Jika kondisi ini terus berlanjut ke bulan-bulan mendatang, jelas berdampak positif pada perekonomian nasional dalam menghadapi resesi global. Apalagi setelah Cina mengubah kebijakan dalam menangani pandemi Covid-19 (tidak full lockdown), kondisi perekonomian Tiongkok itu kembali menggeliat. Bahkan, kini Cina sangat agresif memutar roda perekonomiannya.
Kondisi sektor finansial dan sektor ril yang menguntungkan tersebut, niscaya akan melanjutkan tren surplus perdagangan Indonesia. Dan ini jelas, akan menambah daya tahan Indonesia menghadapi resesi global.
Meski ekonomi Eropa dan AS melambat, misalnya, kebangkitan Cina, India dan negara-negara berkembang lain pasca pandemi, niscaya akan membuat Indonesia makin tangguh menghadapi datangnya resesi global. Dampaknya akan luar biasa. Indonesia kokoh menghadapi resesi global. Seperti batu karang menghadapi terjangan badai. (**)