MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Koalisi Perubahan saat ini tinggal memutuskan figur yang cocok untuk mendampingi Anies Rasyid Baswedan sebagai calon wakil presiden (Cawapres). Namun sebelum menentukan, Mantan Gubernur DKI Jakarta itu perlu kalkulasi yang matang.
Apalagi partai lain yang berpotensi menjadi rivalitasnya pada Pilpres nanti sampai saat ini belum mengumumkan jagoan mereka walau sudah beberapa nama muncul.
Seperti Gerindra masih mengharapkan ketua umum mereka Prabowo Subianto kembali bertarung. Sementara PKB berharap menteri pertahanan tersebut menggandeng Muhaimin Iskandar.
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan setelah mencukupkan syarat pengusungan, tantangan Anies berikutnya adalah memilih Cawapres yang akseptabel di seluruh partai pengusungnya.
"Di awal pembicaraan soal dukungan Anies, Demokrat dan PKS gigih mendorong tokoh internal masing-masing. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, kedua partai ini mulai akomodatif dengan kepentingan Anies, untuk lebih pragmatis memilih pasangan Cawapres. Bahkan sudah dikuatkan pada kontrak," kata Andi Luhur Prianto, Senin (27/3).
Prioritas utamanya adalah figur yang mampu melengkapi dan menaikkan kekuatan elektoral Anies. Bukan lagi soal “partai apa dapat apa”, bahkan terakhir mereka menyerahkan pemilihan calon wakil ke tangan Anies sendiri.
"Koalisi perubahan tidak mau didikte soal Cawapres Anies. Semua memang perlu kalkulasi yang matang. Sikap dan keputusan politik dalam mengusung calon akan direspon oleh pihak lawan," bebernya.
Penentuan formasi paslon akan direspon secara berlawanan oleh kompetitor. "Sekali Koalisi Perubahan memutuskan Capres-Cawapres yang diusung, maka pihak kompetitor seperti Ganjar atau Prabowo akan merespons dengan memilih pasangan yang lebih kompetitif," jelasnya. (Fahrul/B).