MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Tensi perebutan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan Daerah Pemilihan Makassar A diprediksi tak begitu tinggi. Dapil ini masih merupakan panggung bagi petahana, meski sejumlah pendatang baru tetap menebar ancaman.
Dapil Makassar A menyiapkan alokasi sembilan kursi pada Pemilu 2024. Jumlah ini tersebar di sebelas kecamatan meliputi Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Sangkarrang, Bontoala, Tallo, Tamalate, Mamajang, Wajo, dan Mariso.
Figur-figur yang berhasil meraih kursi di dapil pada Pemilu 2019 ini akan kembali bertarung. Kecuali, ada legislator yang memilih mencari peruntungan untuk parlemen Senayan.
Ketiga petahana itu yakni Rudy Pieter Goni dari PDIP, Sri Rahmi dari PKS, dan Imam Fauzan dari PPP. Meski begitu, ketiga pesohor ini telah menyiapkan suksesor untuk tetap mempertahankan satu kursi di Dapil Makassar A. Rudy akan digantikan oleh mantan calon wakil Wali Kota Makassar Fadli Ananda, legislator DPRD Makassar Yenny Rachman akan menggantikan Sri Rahmi, dan eks politikus Gerindra, Yusran Sofyan akan berupaya mempertahankan kursi yang ditinggal Imam Fauzan. Adapun enam petahana lainnya masih akan tetap bertarung di Dapil Makassar A.
Sementara itu, partai politik telah memunculkan sejumlah wajah baru sebagai penantang. Dari PKB ada Akmal Makmur Muhadi, Taufik Rachman, Syaiful Asri. Dari Gerindra Fadhel Taupan, Andi Inas, dan Tin Fatmawati Aras.
Lantas, dari Partai Gelora muncul nama Budi Prasetya (pengusaha), Djafar Nurdin (tokoh masyarakat), Safirah Mujahidah (milenial), Iwan Hertanto (pengusaha), dan Canny Franky (tokoh jurnalistik).
Pengamat politik di Makassar, Muhammad Asratillah mengatakan, ada beberapa variabel yang bisa dijabarkan dalam memprediksi peluang para pendatang baru. Pertama, kata dia, kemungkinan partai yang dikendarai untuk mendapatkan kursi akan memperoleh kursi kembali. Bahkan Partai Golkar dan NasDem berpeluang mendapatkan dua kursi asal komposisi calegnya diisi oleh figur kuat.
"Semakin besar peluang parpol menambah jumlah kursi maka akan menambah pula peluang para pendatang baru," ujar Asratillah, Minggu (21/5/2023).
Kedua, lanjut dia, dinamika kompetisi di internal parpol. Menurut dia, pendatang baru harus memastikan bisa bersaing atau menumbangkan kandidat petahana. Sedangkan, ketiga, popularitas dan sentimen positif publik kepada figur caleg baru.
Dalam beberapa hasil riset, sambung Asratillah, ditemukan pola berulang bahwa figur yang telah populer tidak akan kesulitan melakukan mobilisasi suara asal strategi yang digunakan bisa efektif.
"Figur seperti Risfayanti Muin, Fadli Ananda, dan Andi Rachmatika Dewi, memiliki modal popularitas awal, mengingat telah berprofesi sebagai anggota dewan. Sedangkan Fadli Ananda pernah ikut dalam kontestasi pemilihan wali kota di Makassar," ujar dia.
Satu hal yang tidak dapat diabaikan oleh figur baru yakni strategi marketing politik yang digunakan sesuai dengan ekspektasi pemilih atau tidak. Selain itu, isu-isu yang disampaikan saat sosialisasi bisa menarik atensi pemilih atau tidak.
"Misalnya model program sosialisasi bisa memperbesar engagement pemilih dalam jejaring elektoral kandidat caleg atau malah tidak berefek sama sekali," imbuh Asratillah.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam mengatakan menilik DCS yang didaftarkan oleh masing-masing partai ke KPU Sulsel, terlihat ada perubahan komposisi bacaleg dari Pemilu 2019.
"Hal itu tentu tidak terlepas dari pendekatan strategi dan dinamika penentuan komposisi bacaleg di masing-masing parpol," ujar Nursandy.
Menurut dia, Dapil Makassar A tergolong bisa memunculkan figur baru yang potensial. Sebut saja, Fadli Ananda dari PDI Perjuangan, Yusran Sofyan dari PPP, dan Fadel Taupan dari Gerindra. Secara kans, sambung Nursandy, peluang figur-figur tersebut di Pileg 2024 cukup terbuka karena memiliki modal politik yang cukup untuk bersaing dengan caleg petahana.
"Keterpilihan mereka akan sangat ditentukan bagaimana penargetan suara yang akurat, membangun tim pemenangan yang solid dan pendekatan strategi yang tepat," imbuh Nursandy.
Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Sulsel, Azhar Arsyad mengatakan, hanya satu petahana PKB yang akan naik kelas ke DPR RI. Selebihnya tetap ingin bertahan di DPRD Sulsel.
Ketua DPD Partai Golkar Sulsel, Taufan Pawe mengatakan, Golkar menyetor 85 bacaleg provinsi untuk 11 daerah pemilihan (dapil).
Dari 13 Incumbent, sembilan kembali bertarung yakni, Fahruddin Rangga, Sofyan Syam, Rahman Pina, A. Izman M. Padjalangi, A. Ayu Andira, Arfandy Idris, Zulkifli Zain, Andi Debbie Purnama R, dan Marthen Rantetondok. Sedangkan empat lainnya yakni Andi Ina Kartika Sari, John Rende Mangontan, Suwardi Haseng dan Andi Hatta Marakarma tak maju lagi.
"Incumbent yang kembali bertarung akan punya hak istimewa," ujar Taufan.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera Yenni Rahman menyatakan bertekad meraih kursi di DPRD Sulsel. Yenny sudah dua periode sebagai legislator DPRD Kota Makassar.
"Bismillah saya maju ke DPRD Provinsi agar bisa berbuat untuk warga yang lebih banyak lagi," ujar dia.
Menurut dia, pengalaman dua periode di DPRD Makassar menjadi modal untuk bisa dilanjutkan ke provinsi. "Sehingga masyarakat Makassar masih mempercayakan suaranya kepada saya," ujarnya.
Menurut dia, sebagai putri Makassar diyakini memiliki jaringan luas khususnya tim keluarga yang ada di 11 kecamatan yang merupakan basis suara. "Dari tim keluarga menjadi penyemangat saya untuk maju ke DPRD Provinsi," bebernya.
Sementara Ketua Partai Amanat Nasional Sulsel, Ashabul Kahfi mengatakan saat ini pihaknya berupaya memaksimalkan agar kursi yang hilang di DPRD Sulsel pada Pemilu 2019 bisa kembali di Sulsel 1. Menurut dia, saat naik ke Senayan, kursi yang ditinggalkan tak mampu dipertahankan oleh figur PAN lainnya.
"Kami optimistis mengembalikan kursi luput di Dapil Makassar A sekaligus meraih target kursi unsur pimpinan," ujar Kahfi.
Itu sebabnya, salah satu kader yang diandalkan untuk mengembalikan kursi tersebut adalah putrinya sendiri, Nurkanita Maruddani Kahfi. (Suryadi-Fahrullah/C)