MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Warga Manggala dan Tamangapa melakukan penutupan total Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa pada Senin (14/8). Akibatnya, truk-truk pengangkut sampah tidak bisa masuk ke TPA.
Diketahui, penutupan TPA Tamangapa itu merupakan aksi protes warga atas keputusan panitia seleksi mitra KSPI-PSEL yang telah membeli Lahan di Grand Enterno Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, sebagai lokasi pembangunan proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Warga menuntut agar proyek PSEL dibangun di kawasan TPA Tamangapa, Kecamatan Manggala.
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Antang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nasrun mengatakan penutupan TPA Tamangapa ini tentunya akan berimbas pada sampah yang akan menumpuk di kecamatan.
Nasrun menyebut sampah di Kota Makassar yang dihasilkan sebanyak ribuan toh per harinya. Jika dalam sehari saja, kata dia, tidak diangkut maka berdampak cukup parah.
"Satu kota Makassar ini. Satu hari saja tidak diangkut sampah itu bagaimana mi. Satu hari saja sampah itu bisa ribuan ton," jelas Nasrun.
Ia menyebut penutupan ini juga nantinya akan menyulitkan pengelola di TPA Tamangapa. Sebab, jika nanti dibuka kembali, sampah yang akan masuk ke TPA akan dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.
"Bayangkan kalau dia tutup saja satu hari, itu besoknya seribu ton dikali dua, selesai. Kemudian kalau ditutup sehari, dan dibuka itu kewalahan kita," tegas Nasrun.
Apalagi, saat ini kondisi di TPA Tamangapa sudah sangat overload, sehingga pengangkutan harus benar-benar sistematis dan terukur. Penutupan ini bisa berimbas kepada lalu lintas di dalam dan sekitar kawasan TPA.
"Jadi jujur kalau saya secara pribadi berharap (jangan ditutup), selalu ada solusi jadi mari kita duduk sama-sama," jelasnya. (Shasa/B)