Tak hanya itu, Watubun juga wanti-wanti Danny. Ia menegaskan jika sudah bergabung di PDIP, sudah jelas keluarga anak atau istri ikut bergabung di partai besutan Megawati Soekarno Putri, itu.
"Apakah anaknya juga akan di tarik ke PDIP? Biasa begitu. Sudah diatur di PDIP begitu. Kami kalau di PDIP Perjuangan, suami-istri satu di partai lain, ya, diperintah untuk tarik," beber Watubun.
Ketua DPD PDIP Sulsel, Ridwan Andi Wittiri menilai Danny bukanlah orang baru di PDIP. Menurut dia, sudah beberapa kali pilkada/pilwali dan pemilu, Danny mendapat tugas dari PDIP.
"Danny Pomanto ini bukan orang baru di PDIP. Dia dua kali dikasih surat tugas oleh DPP untuk mencari wakil wali kota pada pemilu sebelumnya, tapi belum terealisasi akhirnya belum mendapatkan wakil dan belum diusung oleh PDIP," beber Ridwan.
Menurut Ridwan, Danny sebagai petugas partai harus menjalankan apapun yang menjadi keputusan partai. Dia mengatakan, jangan hanya berbicara pada pemilihan wali kota dan gubernur saja, tapi soal pilpres harus dilaksanakan.
"Kami siapkan dia untuk melaksanakan seluruh tugas-tugas parpol di Sulsel dan Kota Makassar," ucap Ridwan.
Dengan bergabungnya Danny ke PDIP setelah mundur dari Partai NasDem, menambah deretan elite politik "kutu loncat". Danny, sebelumnya, dikukuhkan sebagai kader NasDem oleh Ketua Umum Surya Paloh dalam pembekalan calon anggota legislatif dan kader se-Sulawesi Selatan di Hotel Claro, Makassar, Kamis (27/9/2018) silam.
Danny menyampaikan alasan bergabung di PDIP. Menurut dia, dirinya selalu anak lorong sepantasnya bergabung di partai yang mengusung jargon partai "wong cilik".
"Saya anak lorong, ketemu ‘wong cilik’ (jargon PDIP) memang alamatnya seperti itu. Saya ini tipe pejuang atau petarung," ujar Danny.
Danny mengakui bahwa dirinya anak lorong, makanya punya karakter petarung seperti "wong cilik-nya" PDIP. Ia belum bicara banyak terkait langkahnya setelah bergabung dengan PDIP. Namun Danny menegaskan akan melanjutkan perjuangan politik di partai tersebut.
"Namanya juga perjuangan, saya selalu memulai kehidupan saya sehari-hari itu dengan perjuangan," imbuh dia.
Danny mengatakan alasannya masuk ke PDIP karena ia menilai PDIP telah terbukti baik untuk semua. "Baik untuk Semua" merupakan merupakan tagline yang saat ini digunakan Danny Pomanto.
Lantas bagaimana target kursi untuk PDIP di Pileg 2024? Danny menargetkan agar PDIP bisa 'juara' di Pemilu 2024. Dia berjanji tidak setengah hati untuk berjuang, tapi totalitas membawa kemenangan bagi PDIP di daerah ini.
"Target pemilu, saya kira jelas. Kalau teman-teman tahu saya orangnya tidak pernah tanggung-tanggung. Berjuang itu tidak setengah-setengah. Dan, saya kira saya dengan PDIP Perjuangan Saya tidak akan pernah setengah-setengah. Saya akan berjuang penuh," tegas Danny.
"Tentunya apa yang ingin dicapai tidak setengah-setengah. Harus menang. Pilpres menang Pileg menang," sambung dia.
Untuk maju Pilgub Sulsel, Danny menegaskan mengupayakan PDIP menang di Pileg dan Pilpres dulu. Hal ini, kata dia, menjadi tolok ukur menuju Pilgub Sulsel.
"Pilkada itu belakangan. Kami konsentrasi dulu Pileg dan Pilpres dulu. Saya kira apa saja perintah untuk saya saya akan laksanakan. Dengan sepenuh hati dengan perjuangan yang penuh, persoalan berhasil itu di belakang. Yang penting berjuang dulu," pungkas dia.
Merespons hengkangnya Danny Pomanto, Ketua OKK DPW NasDem Sulsel, Tobo Haeruddin mengatakan Danny punya hak prerogatif untuk memilih partai mana pun. "Kami di NasDem tidak melarang atau mempertahankan dia di partai," kata Tobo.
Dia mengatakan, bahwa perlu mengacu pada asas manfaat. Artinya Partai NasDem pernah mendudukkan Danny Pomanto sebagai wali kota pada Pilkada 2020. Ia meminta agar Danny tidak lupa perjuangan NasDem saat itu.
"Itu tidak bisa dipungkiri. Itu biasa dalam politik. Danny tidak boleh lupa bahwa NasDem itu pernah berjasa mengantarkan dia sebagai wali kota," ujar dia.
Tobo menegaskan bahwa tanpa Danny, Partai NasDem tetap eksis di Pemilu 2024 mendatang.
"Pak Danny pindah, itu biasa pada politik. Artinya, dia datang tidak menambah dan pergi tidak mengurangi," tuturnya.
Menurutnya, NasDem di Sulsel tidak merasa rugi atas pilihan Danny meninggalkan NasDem. Tobo mengatakan, NasDem tidak tergantung pada penguasa. Partai NasDem ini partai restorasi gerakan perubahan.
"NasDem merupakan partai mandiri, bukan bergantung kekuasaan. Kami mengandalkan kader dan struktur partai di semua kelurahan desa bukan pada penguasa," imbuh Tobo.
Fenomena politisi "kutu loncat" atau pindah partai kerap terjadi. Berpindah dari satu partai ke partai lain memang bukan hal baru lagi. Bahkan tidak sedikit elite politik yang justru melupakan partai yang telah membesarkan namanya.