MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak boleh dipisahkan dari Pemilih Nahdlatul Ulama (NU). Namun pemilih NU ini berpotensi pecah jika Khofifah Indar Parawansa sebagai ketua umum Muslimat NU dan Putri Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid mendeklarasikan salah satu bakal calon Presiden, setelah NasDem memaketkan Anies Rasyid Baswedan- Muhaimin Iskandar.
Diketahui Yenny Wahid dan Khofifah saat ini belum memutuskan kemana arah dukungan Pada Pilpres 2024 nanti. Apalagi keduanya masih memiliki magnet politik khususnya di Jawa Timur, selain tokoh NU Khofifah saat ini juga masih menjabat Gubernur Jawa Timur.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Tamma mengatakan dengan paket Anies-Cak Imin salah satunya yakni bagaimana ketua umum PKB tersebut membawa tokoh NU walaupun Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf pernah mengatakan jika tidak akan menentukan satu nama Capres walau kader mereka diperintahkan untuk memilih.
"Paling tidak itu diharapkan dan basis-basis NU bisa menambah elektabilitas calon ini," ujarnya.
Prof Sukri juga menyebutkan jika paket Anies-Cak Imin ini menau harapan pemilih NU bisa memilih pasangan yang diusung NasDem, PKB dan PKS ini.
"Harapan koalisi ini untuk bisa menarik tokoh NU, apalagi Jawa Timur ini salah satu Provinsi pemilih terbanyak juga," lanjutnya.
Namun melihat kondisi saat ini, kecenderungan NU sangat sulit terhadap satu nama saja. Melihat hasil pemilu 2019 lalu dari 120 kursi di DPRD Jawa Timur, PKB hanya memperoleh 25 kursi sementara PDI Perjuangan 27 kursi.
"Bayangannya suara NU akan pecah jika pasangan lain (Ganjar atau Prabowo) mengambil presentasi NU," jelasnya.
Untuk mengatakan elektrikal Anies kata Sukri tinggal menunggu hasil survei karena sejauh ini hasil survei selalu menempatkan Anies di urutan ketiga dari tiga Capres yang muncul.
"Kita lihat bagaimana hasil survei selanjutnya," tutupnya. (Fahrullah/B)