MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Delegasi Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT), Bunyamin Yapid menyesalkan tak adanya upaya perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) atas persoalan deportasi tiga mahasiswa Indonesia akibat kasus perkelahian di Kairo, Mesir pada Juli 2023 lalu.
Bunyamin Yapid menjelaskan, kasus perkelahian antara pelajar Indonesia di Kairo, Mesir sejatinya sudah berakhir damai. Hal itu dibuktikan, adanya pertemuan Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) dan Kerukunan Sunan Walisongo (KSW).
"Kasus ini sudah berakhir dan damai. Karena tidak cukup bukti dan polisi sarankan untuk diselesaikan secara internal. Tapi kenapa setelah adik-adik damai dan hidup kembali berdampingan justru KBRI melaporkan atau kembali korek-korek lagi ini masalah. Nah ini saya selaku delegasi ICATT sesalkan," tukas Yamin, Senin (11/9).
Soal penangkapan, kata Wakil Ketua ICATT itu menduga ada salah prosedur. Pasalnya, National Securty (NS) Mesir menangkap mahasiswa dengan seragam dan bersenjata lengkap. Padahal, masalah ini hanya perkelahian biasa tetapi seolah-olah menangkap teroris.
Informasi yang dihimpun, kata Yamin, penugasan untuk menangkap mahasiswa itu atas dasar dugaan laporan oleh oknum KBRI.
"Bahkan diduga ada oknum KBRI memerintahkan NS (polisi Mesir) untuk tangkap mahasiswa, dan SOP penangkapan pun masih misterius. Kalau aturan Mesir, praduga bersalah maka semua harus ditangkap," ungkapnya.
"Kurang lebih yang berkelahi ada ratusan orang, maka semua harus ditangkap, Kami keluarga tidak terima dan telah merasa dirugikan oleh pihak oknum KBRI," tambahnya.
Ia pun merasa kecewa dengan adanya proses penangkapan dengan cara seperti itu. Bahkan, dirinya menduga ada oknum KBRI yang mungkin ingin menjadi pahlawan dan aktor dibelakang layar adanya kasus ini yang sebelumnya adek-adek mahasiswa sudah damai dan rukun dan kembali belajar semua.
"Mungkin ada oknum KBRI yang yang ingin cari panggung. Sehingga kami dari pihak keluarga korban minta Kemenlu untuk periksa oknum KBRI tersebut," jelasnya.
Meski begitu, Yamin menyebut peristiwa ini terjadi lantaran para pelajar belum saling kenal. Sehingga, Delegasi ICATT ini mengusulkan program Lintas Budaya NKRI. Dimana, setiap kerukunan menjemput para mahasiswa baru saat tiba di Kairo, Mesir.
"Kalau program ini jalan, Insya Allah perkelahian antara kerukunan tidak ada lagi karena mereka sudah saling mengenal. Kami dari ICATT juga sudah siap untuk adakan taaruf antar mahasiswa sebelum adek-adek ke Mesir, PPMI juga seperti itu," tukasnya.