Bahkan, lanjut Asrul, para investor yang akan beroperasi di wilayah Sulsel itu akan diwajibkan melakukan pelaporan realisasi investasi pun dengan laporan penyerapan tenaga kerja.
“Kewajiban para investor laporan realisasi investasi termasuk laporan penyerapan tenaga kerjanya setiap triwulan,” paparnya.
Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menyampaikan, kaitan dengan potensi investasi yang dimiliki Sulsel tentu juga harus didukung dengan jalur distribusi yang bisa mencapai jalur mancanegara.
“Potensi di laut ada, potensi perikanan kita kan besar sekali, baik perikanan daratnya maupun lautnya, jadi potensi investasi kita itu pertama dari sisi laut ya, kita punya potensi di daerah,” papar Bahtiar.
Menurut dia, potensi yang melimpah milik sulsel harus didukung dengan sarana industri yang baik pula terutama dengan jalur pengiriman jika produk milik sulsel harus di ekspor ke luar negeri maupun distribusi domestik.
"Dari sisi udara ini masih memungkinkan dilakukan penerbangan-penerbangan, contoh di Bulukumba itu ada banyak sekali potensi investasi tapi tidak ada bandara,” imbuh Bahtiar.
Sementara itu, Bahtiar mengatakan potensi investasi yang dimiliki di Banteng juga harus ditopang dengan ketersediaan listrik yang memadai untuk las industri. Menurutnya, saat ini kemampuan listrik di Bantaeng masih terbilang jauh dari kategori listrik yang kompatibel dengan kebutuhan industri.
“Saya sudah cek ke Kawasan Industri Bantaeng, pasokan listrik sangat kurang," imbuh dia.
Hal itu yang menyebabkan para investor harus mengurungkan niat untuk mulai menanam saham di kabupaten berjuluk Butta Toa itu.
“Ada tiga investor tidak jadi masuk Bantaeng karena persoalan listrik," beber Bahtiar.
Bahtiar mengatakan, untuk persiapan industri di Bantaeng akan diupayakan mandiri dalam pemenuhan listriknya dan tentu saja akan menggaet stakeholder yang bergerak pada bidang energi terutama pada pemanfaatan potensi listrik, bila para investor yang akan masuk Bantaeng sudah siap. (Nurhikmawati-Abu Hamzah)