MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Istri kepala daerah saat ini berjuang untuk meraih simpati dan dukungan masyarakat, bukan hanya sebagai pelengkap dalam mencapai target keterwakilan perempuan sebesar 30 persen pada pemilihan umum tanggal 14 Februari 2024 mendatang.
Saat ini, ada tiga istri kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menjadi perhatian di Senayan, saat suami mereka memegang peran penting di daerah masing-masing. Mulai dari istri bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang, Agustina Mangade (Golkar) bersama istri wakil bupati Toraja Utara, Frederik Viktor Palimbong, Damayanti Batti (Gerindra).
Istri terakhir adalah istri bupati Bupati Luwu, Basmin Mattayang, Hayarna Hakim (NasDem). Masa jabatan bupati dua periode ini akan berakhir setelah pemilihan pada 15 Februari 2024.
Ketiga wanita ini bukan hanya sebagai penantang di internal partai mereka yang berstatus sebagai petahana. Agustina Mangade akan berhadapan dengan Muhammad Fauzi. Damayanti Batti akan bersaing dengan La Tinro La Tunrung, sedangkan Haryana Hakim akan melawan Rusdi Masse (RMS).
Peran perempuan ini tidak boleh diremehkan, mengingat pada Pemilu 2019, dua istri kepala daerah berhasil lolos ke Senayan, termasuk istri bupati Barru, Suardi Saleh, almarhumah drg Hasnah Syam, yang mampu mengalahkan petahana di internal NasDem.
Eva Stevany Rataba, istri wakil bupati Toraja Utara, Yosia Rinto Kadang, juga berhasil meraih kursi kedua. Begitu juga Rusdi Masse, saat menjabat bupati Sidrap, mampu meloloskan istrinya, Fatmawati, ke Senayan pada Pemilu 2014 melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus, menilai peluang mereka meraih suara di daerah suami mereka memimpin cukup besar karena masih menguasai infrastruktur pemerintahan hingga akar rumput.
"Pengaruhnya besar, tinggal bagaimana mereka bisa memaksimalkan dan mendapatkan banyak suara. Potensi meraih suara bisa menyamai suara suaminya saat Pilkada," katanya.
Namun, untuk bersaing di internal partai dan DPR RI, tidak cukup hanya fokus pada satu daerah. "Meskipun mengambil banyak di satu daerah, namun daerah lain (kabupaten) juga perlu diakomodasi," ujarnya.
Meskipun mendapatkan dukungan dari suaminya, mereka harus tetap memperhatikan daerah-daerah lain untuk menghindari kekalahan dari rivalitasnya, terutama melawan petahana.
"Suara petahana bisa menyebar ke daerah-daerah lain. Istri kepala daerah harus menggunakan kelebihannya di satu daerah, tapi juga harus bergerak aktif di daerah lain," tambahnya.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam, melihat peluang istri kepala daerah meraih suara signifikan cukup besar, terutama di daerah yang dipimpin oleh suaminya.
Namun, mereka tidak boleh merasa cukup hanya dengan basis utama, mengingat persaingan di internal dan eksternal sangat ketat. Oleh karena itu, mereka perlu keluar dan mendapatkan dukungan suara di wilayah lain juga. (Fahrullah/B)