MAKASSAR, RAKYATSULSEL -- Aksi demontrasi yang berlangsung di depan kantor Bawaslu Sulsel, KPU Sulsel dan DPRD Sulsel, pada Jumat (1/3/2024) sore, tak hanya diikuti oleh kaum pria. Tapi ada sejumlah ibu rumah tangga ikut terlibat dalam aksi demonstrasi ini.
Mereka mengaku ikut turun ke jalan bukan hanya karena kondisi politik dan penegakan hukum di Indonesia yang dinilai carut marut. Tapi juga kondisi ekonomi yang kian mencekik, utamanya pada kebutuhan pokok yang harganya terus melonjak.
"Saya atas nama emak-emak turun ke jalan karena harga sembako naik, (beras) Rp18 ribu per liter. Apakah kita mampu (beli)?," kata Makerra, salah satu peserta aksi saat ditemui di depan Kantor DPRD Sulsel.
Makerra mengaku, kebutuhan pokok terus melonjak tapi tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan. Dimana gajinya sebagai karyawan swasta hanya sebesar Rp3 juta perbulan.
Padahal kebutuhan rumah tangga disebut bukan hanya soal dapur saja, tapi juga untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Bahkan untuk jajan anaknya saja perbulannya disebut mencapai Rp300 ribu, belum termasuk kebutuhan lainnya.
"Gaji kita hanya berapa, cuma Rp 3 juta. Anak berapa sekolah, ada juga yang kuliah. Tidak cukup," ungkapnya.
"Kalau harga sembako naik, turunkan juga biaya sekolah biar imbang. Gaji Rp 3 juta tidak cukup untuk makan, anak dua, perbulan saja sudah Rp300 ribu (belanjanya)," sambungnya.
Menurut Makerra, harga beras di pasaran paling murah dan kualitas paling rendah sebesar Rp 10 ribu per liternya. Belum lagi harga gas dan pangan lainnya.
"Rp10 ribu harga terendah. Beras berapa kita makan sehari, belum lagi gas, belum kebutuhan lainnya. Ini alasanku turun demo," sebutnya.
Dengan tegas Makerra mengungkapkan, dirinya tak begitu ambil pusing dengan kondisi politik yang terjadi di Indonesia saat ini. Meskipun dirinya mengerti dan mengetahui jika ada dugaan kecurangan dalam proses Pemilu.
Menurut Makerra, jika ibu rumah tangga sudah turun ke jalan itu menandakan bahwa negara sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Saya tidak ada urusan (dengan politik), meskipun saya tahu ada paslon di sini yang terzalimi. Saya tahu, tapi saya turun ke sini bukan atas nama itu. Saya turun atas nama (keresahan) emak-emak," tegas Makerra.
"Jadi kalau emak-emak sudah turun demo, berarti negara sedang tidak baik-baik saja," Makerra menambahkan.
Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang berlangsung di tiga titik ini dilakukan oleh aliansi Forum Rakyat Sulsel Menggugat atau FORSUM. Dalam pernyataan sikapnya ada tiga poin tuntutannya yakni, mendesak ketua DPR-RI beserta jajarannya untuk segera membentuk pansus hak angket untuk memakzulkan Presiden Joko Widodo.
Termasuk meminta agar Paslon 02 (Prabowo-Gibran) didiskualifikasi dalam Pemilu 2024, meminta Ketua KPU RI dan Bawaslu RI dipecat, juga mendesak pemerintah untuk menurunkan harga sembako. (Isak/B)