MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Golkar sudah dipastikan kehilangan kursi ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan ada sekitar 5 kabupaten/kota partai berlambang pohon beringin rindang ini juga harus rela kehilangan kursi pimpinan DPRD.
Mulai dari Kabupaten Maros, Luwu Timur, Palopo, Enrekang dan Kabupaten Bone sehingga hanya menjadi fraksi saja.
Akademisi yang juga pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto menduga awal mula runtuhnya kejayaan Golkar di Sulsel dipengaruhi oleh berkurangnya akses Golkar ke birokrasi eksekutif. Sebab, menurutnya kekuatan politik Golkar selama ini tidak lepas dari pengaruh kursi eksekutif yang juga dimilikinya.
"Karena Pemilu ini bersamaan dengan bergantinya semua Bupati, jadi semua kekuasaan eksekutif hilang. Hampir semua Bupati tidak menjabat lagi dan diganti oleh Pj Bupati yang sebagian besar itu tidak berkorelasi dan tidak mampu dikontrol oleh partai," ujarnya.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan bergesernya dominasi Golkar di sejumlah daerah di Sulsel adalah karena rivalitas dengan partai lain yang mampu mengimbangi kekuatan politik Golkar.
"Saya curigai salah satu faktor yang menghancurkan kubu Golkar, di sisi lain misalnya gerakan Gerindra yang sangat ekspansif di Sulsel semenjak bergabungnya gerbong Amran Sulaiman dan Sudirman Sulaiman," jelasnya.
Menurut Ali, dengan hadirnya perlawanan dari partai-partai besar seperti Gerindra dan NasDem, membuat basis Golkar semakin tergerus dan basisnya terganggu. Hal inilah yang kemudian membuat partai yang diketuai oleh Airlangga Hartarto ini tumbang di Sulsel kali ini.
"Justru yang tergerus adalah basisnya Golkar. Dan kedua, ini karena dari awal kan dari dulu Golkar mengandalkan birokrasi dan ketokohan. Basis ini kemudian sangat diganggu oleh kehadiran Gerindra dan membuat Golkar betul-betul tumbang di Pemilu ini," jelasnya. (Fahrullah/B)