RAKYAT SULSEL.CO - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Israel untuk tidak menggelar operasi serangan darat ke Rafah, Jalur Gaza, Palestina.
Menurut Biden Israel tidak boleh mewujudkan rencana untuk melakukan operasi darat ke kota yang dipadati sekitar 1,5 juta pengungsi itu. Mengingat dampak besar yang bisa ditimbulkan, termasuk citra Israel di mata internasional.
"Operasi darat besar-besaran di Rafah adalah kesalahan. Ini bisa menyebabkan lebih banyak kematian di kalangan warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarkistis di Gaza, serta semakin mengisolasi Israel secara internasional," ujar Biden, Selasa, 19 Maret 2024.
Dia meminta PM Israel Benyamin Netanyahu untuk mengirim delegasi terdiri atas pejabat militer, intelijen, dan kemanusiaan ke Washington DC dalam beberapa hari mendatang.
Biden memberi jaminan kepada Netanyahu bahwa AS bersama Israel akan mengalahkan Hamas. Alasannya, Hamas bukan hanya musuh Israel tapi juga AS.
“Saya yakin bahwa untuk mencapai tujuan tersebut anda perlu strategi yang sukses dan strategi itu tidak boleh melibatkan operasi militer besar-besaran yang membahayakan ribuan nyawa warga sipil tak berdosa dan Rafah," paparnya.
Sementara itu Netanyahu setuju untuk mengirim tim untuk mendengarkan pandangan AS. Menurut Netanyahu, Israel menunda serangan ke Rafah sampai pertemuan tersebut berlangsung.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 18 Maret 2024 telah menewaskan 31.700 orang lebih, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Selain itu lebih dari 73.700 lainnya terluka.
Lebih dari 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi dalam kondisi kekurangan makanan, air bersih. Serta akses kepada layanan kesehatan. Israel masih memblokade bantuan kemanusiaan ke Gaza.
(fin/raksul)