Momentum pendapatan 6 perusahaan ini telah mengalami empat gelombang siklus yang berbeda. Dimulai saat pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan konsumen terhadap komputer pribadi (PC), belanja online, dan media sosial.
Kemudian, setelah pandemi mereda dan perekonomian dibuka kembali, laba menurun karena berkurangnya permintaan terhadap produk teknologi, sehingga mendorong kontraksi pertumbuhan EPS pada 2022.
Lalu pada 2023, peningkatan laba disebabkan oleh perbandingan yang lebih mudah dan pengurangan biaya operasional perusahaan.
"Pendapatan diproyeksikan akan kembali normal dengan cepat di sektor teknologi mega-cap, menyusul penurunan tajam dalam pertumbuhan laba dari 4Q23-3Q24," kata Golub.
Perusahaan-perusahaan tersebut saat ini melakukan perdagangan pada kisaran 21.6-39 kali rasio harga terhadap pendapatan (PE) 12 bulan ke depan, sedangkan indeks acuan S&P 500 membuka perdagangan baru sekitar 25 kali. (CNBC Indonesia/ RAKSUL)