MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Profesor Zudan Arif Fakrulloh tiba di Kota Makassar, sekitar pukul 16.00 wita, Minggu (19/5/2024). Zudan disambut Pangdam Hasanuddin, Mayor Jenderal TNI Bobby Rinal Makmun, Penjabat Sekretaris Provinsi Sulsel Muhammad Arsjad, Bupati Maros Chaidir Syam, serta jajaran Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan .
Tari Paddupa menyambut kedatangan mantan Penjabat Gubernur Sulawesi Barat ini. Tabuhan gendang disertai Tradisi Angngaru kian sacral pada prosesi penyambutan.
"Bismillahirrahmanirrahim, kami akan mulai bekerja untuk melayani masyarakat di Sulawesi Selatan," ujar Zudan.
“Alhamdulillah semoga ini menjadi berkah bagi kita semuanya dan langkah kita semua ke depan mendapat rahmat dan ridho dari Allah subhanahu wa ta'ala,” sambung dia.
Zudan mengaku langsung bekerja di hari setelah dia lantik pada 17 Mei 2024 lalu dengan rapat bersama beberapa OPD. Rencananya, Zudan akan memimpin upacara Hari Kebangkitan Nasional yang rutin diperingati 20 Mei.
“Kami mulai bekerja dari hari Jumat, seusai pelantikan langsung rapat dengan dengan para kepala OPD, dilanjutkan di hari Sabtu dan besok mulai berkantor resmi di hari pertama di Sulawesi Selatan dengan dibuka melalui upacara hari Kebangkitan Nasional,” imbuh dia.
Sekretaris Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) ini menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para pihak yang telah datang memberikan sambutan.
“Sekali lagi terima kasih atas sambutan yang hangat, yang meriah dari seluruh Forkopimda yang hadir, tokoh masyarakat, para kepala OPD, dan semua para bupati dan hadir juga pimpinan DPRD, terimakasih banyak, ini membesarkan hati saya bersama istri untuk bekerja di Sulsel,” ujar Zudan.
Sementara sebelumnya, Bahtiar Baharuddin dilepas dalam acara ramah tamah di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Sabtu malam (18/5/2024). Bahtiar mengaku bukan orang pintar dan memiliki uang yang banyak. Di pengakuannya itu, dia seolah menyentil pihak yang selalu membangga-banggakan uang.
“Saya juga bukan orang yang pintar dan tidak punya uang yang banyak seperti orang yang selalu membangga-banggakan uangnya,” kata Bahtiar.
“Tapi ingatlah Allah juga bisa menghinakan kita, jabatan juga begitu, kedudukan juga begitu. Jangan juga dipuji sepuji-pujinya karena jabatan pun bisa menghinakan kita. Yang saya ajarkan kawan-kawan biasa-biasa saja, bukan kita yang diatur oleh uang, tetapi uang kita yang ngatur,” lanjut Bahtiar yang juga telah dilantik sebagai Penjabat Gubernur Sulbar ini.
Dengan kondisi keuangan Pemprov yang saat ini telah memiliki utang cukup besar, dia mengeluarkan kata-kata nyeleneh soal uang.
“Maka saya sering bercanda sama Andi Ina, Ketua DPRD, kau telepon saja uang, uang di mana uang, nah gitu. Kalau lagi nggak punya uang, enggak usah pusing berat. Jadi kita yang telepon dia kalau lagi tidak ada uang, di mana uang, menghadap. Nah gitu dia Jadi kita yang dikendalikan,” tutur Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri itu.
Seperti halnya jabatan, kata dia, harusnya menjadi alat untuk berbuat kebaikan, bukan untuk tujuan.
“Jabatan begitu. Jabatan kita yang atur, bukan jabatan yang atur kita. Jabatan ini hanya alat saja untuk berbuat baik untuk melakukan sesuatu bukan tujuan,” imbuh dia.
Bahtiar bertugas di Sulsel selama 8 bulan 12 hari atau 256 hari. Dia mengawal pelaksanaan Pemilu 2024, mengendalikan inflasi hingga memperkuat ketahanan pangan Sulsel.
Bahtiar terbilang memiliki andil besar dalam menyukseskan Pemilu 2024. Dengan gaya komunikasi yang lebih intens bersama Forum Perangkat Daerah (Forkopimda), dirinya mampu merangkul berbagai pihak hingga tingkat desa untuk kelancaran pemilu.
Belum lagi soal inflasi, dalam kurung waktu 10 tahun terakhir, hanya di era Bahtiar, angka inflasi bisa turun di bawah rata-rata nasional. Bahkan, di masa Bahtiar ia berhasil membuat cabai bebas dari komoditas yang menjadi penyumbang inflasi.
Begitu pun dengan segala programnya untuk ketahanan pangan. Dia mampu membuat sebuah program yang mampu berkontribusi dalam ketahanan pangan sekaligus untuk mengentaskan kemiskinan.
Di sektor pertanian, dia menggenjot budidaya holtikultura seperti pisang, sukun, cabe dan lain-lain. Budidaya pisang cavendish menjadi salah satu program yang paling digenjot.
Bahtiar melihat peluang Sulsel menjadi penghasil pisang terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Dia sempat menargetkan bisa mengalahkan Filipina.
Menurutnya, pisang menjadi komoditas yang gampang ditemui di Sulsel. Didukung sekian banyaknya makanan olahan tradisional terbuat dari pisang. Itulah dia melihat potensi pisang menjadi usaha industri.
Sedangkan di sektor perikanan, Bahtiar menggagas pentingnya rumah ikan dan rumpon. Dia juga kerap menebar benih ikan. Di sektor peternakan, dia mendorong inseminasi buatan utamanya untuk ternak sapi.
Dia juga menggenjot gerakan menanam pohon untuk mengatasi lingkungan yang sudah kritis. Setiap langkah yang diambil adalah untuk kesejahteraan Sulsel. Dia menyebut, pencapaian yang ada saat ini bukan untuk mendapatkan pujian maupun penghargaan.
“Pencapaian ini bukanlah buat saya bukan juga buat mendapat pujian bukan juga untuk mendapatkan penghargaan, tidak ada sama sekali,” kata Bahtiar.
Bahtiar yang juga merupakan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri ini mengaku beruntung bisa menjadi eselon I di Kementerian Dalam Negeri. Jabatan Dirjen merupakan, posisi tertinggi di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Saya termasuk beruntung di antara teman-teman yang lainnya diberi kesempatan untuk eselon I di Kementerian agak lebih awal dibanding pegawai-pegawai lainnya di Kementerian. sampai hari ini juga masih Eselon I juga. Direktur Jenderal adalah jabatan karir tertinggi seorang pegawai negeri saya,” ungkap mantan pelaksana tugas Gubernur Kepulauan Riau ini.
Kata-kata yang berkesan dari Bahtiar selama ini “De nalabu essoe di tengga bitarae”, sebuah pengingat bahwa takdir kita akan tiba pada waktunya dan keraguan harus kita tinggalkan dalam menghadapi tantangan hidup. (rahman)