RAKYATSULSEL - Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa program Sastra Masuk Kurikulum bukan hanya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun, sastra juga harus diserap di semua mata pelajaran yang ada.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyatakan, kehadiran sastra dalam pembelajaran telah berlangsung pada sebagian kelas. Tetapi terbatas pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Karena itu, melalui program Sastra Masuk Kurikulum ini, pihaknya mendorong guru memanfaatkan karya-karya sastra yang sudah dikurasi sebagai bahan ajar.
”Bukan hanya bahasa Indonesia, tapi juga untuk berbagai mata pelajaran,” ujarnya dalam peluncuran program Sastra Masuk Kurikulum.
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo menekankan, program ini jelas berbeda dengan program sebelumnya yang pernah ada. ”Jika sebelumnya siswa diminta membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai, di program ini tidak. Sastra benar-benar dilebur ke dalam jam pelajaran, bukan tambahan” terangnya.
Menurut Eka Kurniawan, penulis sekaligus salah seorang anggota tim kurator buku sastra untuk program Sastra Masuk Kurikulum, sebagai penulis maupun pembaca, selama ini dirinya memiliki banyak rekomendasi buku sastra Indonesia. Namun, menyusun daftar resmi buku sastra untuk sekolah ternyata tak semudah itu.
Pihaknya mencoba membuat daftar karya sastra, mulai 1980–1990-an hingga yang terbaru, untuk kemudian dikurasi. Dibantu para guru, proses kurasi ini menekankan agar buku sastra tersebut bukan sekadar daftar untuk pencinta karya sastra. ”Tapi, karya sastra untuk anak sekolahan juga,” katanya.