Ada sembilan titik longsor di jalan poros menuju Desa Lambanan yang belum tertangani. Material longsor dan puing-puing kayu masih menutupi ruas jalan. Dua jembatan utama yang menjadi penghubung desa juga masih terputus.
Hanya kendaraan roda dua jenis trail yang bisa melintas di antara reruntuhan material longsor. Untuk kendaraan roda empat, sama sekali tidak mungkin melintas.
"Akses kendaraan roda dua bisa sedikit terbuka berkat swadaya masyarakat yang selama satu minggu melakukan gotong royong," kata Burhanuddin.
Dengan kondisi ini, Burhanuddin berharap pemerintah daerah, khususnya pemerintah provinsi, yaitu PJ Gubernur Sulsel, Prof. Zudan Arif Fakrulloh, segera mengirimkan bantuan alat berat berupa ekskavator dan loader untuk membersihkan material longsor dan membuka jalan menuju Desa Lambanan dan desa lainnya.
"Jalan poros belum tersentuh alat berat. Masyarakat tidak mampu kerja manual. Kami butuh alat berat untuk membersihkan infrastruktur yang tertimbun longsor. Anak-anak sekolah juga masih harus diantar orang tua karena khawatir longsor susulan," harap Burhanuddin.
Burhanuddin juga meminta PJ Gubernur Sulsel untuk segera mengunjungi daerah mereka untuk memantau kondisi pasca bencana, terutama untuk pemulihan ekonomi warga yang mayoritas adalah petani kopi dan cengkeh.