MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Golkar berpeluang menjadi motor penggerak untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan.
PKS masih melakukan serangkaian penjaringan bakal calon. Sedangkan Golkar punya tiga figur potensial yang sangat layak dicalonkan.
Selain bisa menciptakan pasangan kandidat masing-masing, kedua partai ini juga dapat menjajaki koalisi meski pada pemilihan presiden yang lalu mereka berhadap-hadapan.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan penjaringan bakal calon gubernur Sulsel. Ada empat figur yang menghadiri uji kelayakan dan uji kepatutan yang digelar, kemarin.
Mereka adalah Ilham Arief Sirajuddin, Danny Pomanto, Annar Sampetoding, dan Andi Muhammad Bausawa Mappanyukki. Adapun, Sudirman Sulaiman belum menghadiri proses itu meski sudah mengambil formulir pendaftaran.
Ketua PKS Sulsel, Amri Arsyid mengatakan pihaknya masih membuka ruang kepada Sudirman untuk diusung meski belum mengembalikan formulir. Dia mengatakan, yang menentukan figur yang akan diusung adalah DPP.
"Namun figur yang mau diusung harus mengikuti semua prosedur yang telah dia tentukan," imbuh Amri.
Proses penjaringan bakal calon gubernur tersebut hanya digelar sehari. Amri mengatakan, akan melaporkan hasil uji kelayakan dan mengusulkan nama-nama kandidat yang mengikuti proses penjaringan tersebut.
"Kami di partai memiliki prosedur, kalau semuanya mengikuti prosedur, pasti kami akan usulkan," tegas Amri.
Jika ada kandidat yang tidak mengikuti prosedur, Amri menegaskan pastinya tidak akan diusulkan. "Kami tidak bisa mengusulkan," sambung dia.
PKS bisa menjadi penentu di Pilgub Sulsel, jika Koalisi Indonesia Maju (KIM) menyatu ke Andi Sudirman Sulaiman.
"Bagi kami tetap mengedepankan asas demokrasi. Kami berupaya berjuang agar tidak ada kotak kosong. Paling tidak head to head," imbuh Amri.
Sementara itu, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) menyebutkan adanya wacana kotak kosong itu bagian dari pembodohan publik menyusul adanya pasangan kandidat yang ingin memborong partai politik pemilik kursi.
"Isu kecenderungan mempersiapkan agenda politik kontestasi kota kosong ini suatu proses pembodohan publik, Kita ingin menjadikan kontestasi itu menjadi sebuah ajang pemilihan," kata IAS seusai mengikuti uji kelayakan PKS Sulsel.
Mantan Wali Kota Makassar dua periode ini menyebutkan kotak kosong juga tidak boleh dipandang remeh. Alasannya pada Pilwalkot Makassar 2018, salah satu kandidat harus tumbang dan kotak kosong menjadi pemenang.
"Kalau itu terjadi (kotak kosong) tidak bagus sekali dalam proses pendidikan politik. Karena itu saya berharap jangan sampai diciptakan itu kotak kosong," kata IAS.
Dia berharap, Golkar dengan peraih 14 kursi dan PKS 7 kursi bisa mengusung dirinya pada Pilgub Sulsel nanti.
"Kan, saya Golkar. Golkar itu cuma kurang tiga kalau ada PKS selesai dan cukup," ujar mantan Ketua Golkar Makassar ini.
Selain itu, IAS juga berharap bisa sama-sama dengan Partai Gerindra, bahkan dia bersedia mendampingi Iwan Aras.
"Makanya saya bangunan politik hari ini harus bisa melihat situasi dan dinamikanya seperti apa. Kalau kemudian besok terjadi dinamika politik turbulensinya besar dan saya juga harus sadar kalau begitu saya harus mundur satu langkah tidak ada jadi masalah yang penting ada ruang pengabdian bagi saya untuk membangun Sulsel," tutur dia.
Adapun, Danny Pomanto mengatakan jika pesta demokrasi melawan kotak bukan barang baru.
"Banyak orang bilang itu tidak sehat (lawan kotak kosong). Tapi itu sah-sah saja karena banyak kekuatan yang membuat kotak kosong (bisa menang). Tapi ingat di Makassar itu kotak kosong menang," kata Danny.
Danny menyebutkan bila masyarakat juga akan menilai kandidat yang melawan kotak kosong. Sebelumnya banyak figur yang muncul, namun terancam gagal maju karena ada pihak yang memborong partai.
"Kotak kosong akan mengumpulkan kekuatan-kekuatan yang tidak setuju dengan kondisi yang tidak biasa diinginkan rakyat," imbuh Danny.
Danny berupaya melakukan lobi-lobi politik agar kotak kosong tidak terjadi di Pilgub Sulsel dengan berharap bisa diusung oleh PKS. Apalagi dirinya saat ini sudah mendapatkan restu dari PPP dan PDI Perjuangan.
Dua partai ini belum cukup mengusungnya karena PPP 8 kursi, PDIP 6 kursi atau masih membutuhkan 3 kursi tambahan.
Adapun, Annar Salahuddin Sampetoding mengaku tak ingin menjadi ban serep atau 02 di Pilgub Sulsel. Kader PKS ini berambisi menjadi orang nomor satu di Sulsel.
"Kalau hanya menjadi 02 di Pilgub Sulsel, saya rasa tidak. Lebih baik saya tidak maju, apalagi saya sudah malang melintang dan sudah banyak saya pimpin organisasi," tegas Annar.
Untuk maju di Pilgub Sulsel, Annar telah mendaftar dan mengikuti rangkaian proses penjaringan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meskipun Annar merupakan kader PKS, namun tetap mengikuti proses penjaringan.
“Saya ini kebetulan kader PKS, jadi saya harus mengikuti semua proses penjaringan calon gubernur Sulsel di partai sendiri,” imbuh Annar.
Dia berharap, PKS segera memberikan rekomendasi, agar dia bisa meyakinkan partai lain agar mendapatkan kendaraan dari partai lain di Pilgub Sulsel 2024.
“Tentunya partai akan memprioritaskan kader dan saya sangat berharap saya mendapatkan rekomendasi, ketika itu ada tentunya itu akan bisa digunakan untuk menyakinkan partai lain,” kata dia.
Gerindra Sulsel 'Berat Hati'
Sebelumnya, sejumlah kader Gerindra Sulsel meyakini partai besutan Prabowo Subianto itu tetap menyiapkan Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras sebagai figur paling kuat untuk diusung.
Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilu Gerindra Sulsel, Harmansyah, pihaknya masih satu komando untuk mencalonkan Iwan Aras di Pilgub Sulsel.
"Kader Gerindra itu tegak lurus dan patuh terhadap perintah partai," kata Harmansyah, Senin (22/7/2024).
Harmansyah menyatakan tak menghiraukan adanya wacana bila tiket Gerindra dibajak oleh pasangan kandidat tertentu untuk memastikan hanya satu pasangan yang akan maju di Pilgub Sulsel.
"Kalau ada pihak yang bisa memunculkan calon tunggal, berarti itu jago di atas jago" imbuh Harmansyah.
Meski begitu, dia mengaku keputusan mengusung kandidat di Pilgub Sulsel ada di tangan DPP Gerindra. Dia menegaskan, bila kelak partai memberikan rekomendasi kepada figur di luar dari kader Gerindra, maka pihaknya sangat berat hati untuk berjuang.
"Kalaupun, misalnya, harus orang luar maka kami tetap mendukung saja walaupun sangat berat hati," ujar dia.
Dia mengatakan, pihaknya menunggu formulir dengan format B1-KWK pada 27 Agustus nanti. "Kepada siapa rekomendasi Gerindra akan kami tunggu hingga batas pendaftaran ke KPU," kata dia.
Harmansyah juga mengatakan, perintah tetap pada jalur bergerak memenangkan Iwan Aras. Dia menampik ada perintah kepada kader Gerindra di daerah untuk diam karena mental kader dan pengurus partai ini adalah terus bergerak dan tegak lurus.
"Partai Gerindra tidak pernah memerintah kader untuk diam. Kami diajar untuk terus bergerak dan tegak lurus," imbuh dia.
Wakil Ketua DPD Gerindra Sulsel, Anhar Rahman juga menyatakan seluruh kader semakin solid memberikan dukungan kepada Iwan Aras.
Bukti solidnya kader Gerindra ialah terpasangnya alat peraga sosialisasi di 24 kabupaten/kota di Sulsel. Gerakan ini bukan perintah, melainkan inisiatif dari kader yang mendukung Iwan Aras.
"Semakin banyaknya baliho yang muncul di seluruh kabupaten dan kota di Sulsel menjadi bukti bahwa kader solid mendukung. Kami juga ingin agar Gerindra mengusung kader internal sendiri menjadi 01," kata Anhar.
Dia menuturkan, Pilgub Sulsel 2024 adalah momentum Gerindra mengusung kader sendiri. Ini selaras dengan Pilpres, Prabowo Subianto selaku Ketum DPP Gerindra keluar sebagai pemenang atas amanah rakyat Indonesia.
"Sejauh ini, kerja-kerja elektoral kader untuk Iwan Aras semakin masif. Survei Iwan Aras juga terus meningkat, mulai dari popularitas hingga elektabilitas. Ini modal bagus," ucap Anhar.
Baru-baru ini, survei PKN Sulsel menempatkan Iwan Aras memperoleh 14,71 persen. Di urutan kedua, Ilham Arief Sirajuddin mendapatkan 11,34 persen, diikuti oleh Sudirman Sulaiman dengan 9,75 persen suara.
"Apalagi dengan kacamata hasil survei, Iwan kian naik signifikan. Ini bukti dia layak diusung," imbuh dia.
Menurut Anhar, Iwan Aras adalah solusi Sulsel yang sebenarnya. Dia menuturkan, Iwan Aras juga memiliki pengalaman yang mumpuni setelah menjadi anggota DPR RI sejak 2014.
Hanura Putar Haluan
Sementara itu, Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura tiba-tiba berencana balik haluan mendukung Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Alasannya, IAS dan Danny yang sebelumnya diberikan surat tugas, tak mampu mencukupi koalisi partai hingga batas waktu yang ditentukan.
Ketua Hanura Sulsel, Amsal Sampetondok mengatakan partainya memang berpeluang dikendarai oleh Danny Pomanto atau IAS karena hanya dua orang ini yang mengembalikan formulir pendaftaran. Namun surat tugas diberikan untuk mencukupkan koalisi sudah habis.
"Waktunya sudah habis. Kami perpanjang tapi tidak mampu mencukupi juga," ujar Amsal.
Dirinya menyebutkan tak menutup kemungkinan untuk memberi ruang bagi kandidat yang belum mendaftar dan menerima surat tugas. Pihaknya punya kewenangan untuk merekomendasikan ke DPP.
"Iya, hanya yang mendaftar (diusung). Tapi tidak menutup kemungkinan, bagi yang tidak mendaftar, partai bisa merekomendasikan. Kami mau menang dan komitmen terhadap partai," kata dia.
Mengenai peluang mengusung Sudirman, Amsal menyebutkan sangat besar untuk diusung Hanura. Alasannya partainya melihat hasil survei dan peluang menang.
"Sangat besar mendukung Sudirman-Fatma karena kami mau menang," ujar Amsal.
Amsal menegaskan, adapun kriteria partainya mengusung kandidat yakni bisa berkomitmen membesarkan Hanura apabila terpilih. Selanjutnya hasil survei tinggi, sumber daya kandidat betul-betul mengayomi masyarakat, dan bisa menang di pilkada.
"Penyerahan rekomendasi (B1-KWK) dijadwalkan akhir bulan ini atau awal Agustus 2024," ujar Amsal. (*)