Kolom Kosong, Perjalanan Gelap Demokrasi

  • Bagikan
Ema Husain Sofyan

Oleh: Ema Husain

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Demokrasi yang ideal apabila sistem pemerintahan berjalan dengan mengedepankan prinsip transparan, adil, dan warga masyarakat bisa memberikan suara atau pilihannya kepada orang yang tepat. Namun pada kenyataannya sering tidak sesuai dengan harapan. Proses demokrasi sering diperhadapkan dengan ketidakadilan sosial, korupsi, dan manipulasi media.

Perbincangan mengenai kolom kosong membuat kegelapan setiap sudut dan kita tidak tahu apa sesungguhnya yang tersembunyi dalam ruang kolom kosong itu. Bisa menyembunyikan bahaya atau peluang yang tak terduga.

Korupsi salah satu hal yang sering menghantui perjalanan demokrasi. Uang dan kekuasaan menjadi faktor utama di balik keputusan politik dan bukan untuk kepentingan rakyat. Jika kondisi ini terjadi maka kebijakan yang diambil sering kali tidak mencerminkan aspirasi masyarakat luas dan hanya menguntungkan pemilik modal atau segelintir elit yang menjadi boneka pemilik modal.

Manipulasi media juga menjadi salah satu aspek perjalan kelam sebuah proses demokrasi. Media seharusnya berperan sebagai penyeimbang kekuasaan dengan memberikan informasi yang objektif dan mendidik bagi masyarakat .

Beberapa diskusi akhir-akhir ini menyikapi pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan mengenai wacana kolom kosong menggelinding dari diskusi warung kopi sampai grup-grup WhatsApp. Berembusnya wacana kolom kosong dalam pemilihan calon gubernur Sulsel merupakan masalah yang terus membayangi gelapnya proses demokrasi.

Idealnya demokrasi memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, tapi dalam kenyataanya peran partai politik yang masih sangat kuat dalam menentukan calon sehingga kondisi ini dapat memunculkan wacana kolom kosong yang tentunya akan menghambat proses demokrasi yang sehat. Kekuatan uang dan kekuasaan menjadi jalan untuk tidak menghadirkan calon alternatif. Partai politik mengurangi pilihan bagi pemilih serta melemahkan kompetisi politik.

Pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi sederhana adalah apakah memang saat ini di Sulawesi Selatan terjadi kekosongan atau kekurangan calon yang kompeten atau telah terjadi dominasi partai tertentu yang sudah menguasai panggung politik?

Jika ini terjadi maka masyarakat Sulawesi Selatan sebagai pemilih akan kehilangan kesempatan untuk menilai dan memilih pemimpin berdasarkan kinerja dan visi yang berbeda. Praktik ini dapat memperkuat oligarki politik, mengurangi akuntabilitas, dan mengikis kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi.

Pendidikan dan kesadaran politik merupakan kunci untuk menerangi perjalanan gelap demokrasi. Adanya pengetahuan yang memadai untuk masyarakat dapat mendorong daya kritis dalam menilai kebijakan dan tindakan pemerintah.

Masyarakat harus bijaksana memilih pemimpin yang tidak membelenggu rung ruang demokrasi yang ada. Kolom kosong menggambarkan perjalanan gelap sebuah demokrasi karena menggambarkan kekuasaan dan kekuatan pemilik modal. Namun dengan kekuatan dan tekad masyarakat menjadi usaha bersama untuk mengatasi kegelapan tersebut.

Harapan selalu ada bagi mereka yang berani berjuang dan percaya pada kekuatan rakyat. Semoga kebaikan yang bersatu mampu membawa Sulawesi Selatan baik untuk semua. (*)

  • Bagikan