TAKALAR, RAKYATSULEL – Dua bakal calon Bupati Takalar, Muhammad Firdaus Daeng Manye dan Hengky Yasin, telah resmi berpasangan dalam Pilkada 2024. Mereka akan siap mendaftar ke KPU pada 27 November mendatang.
Firdaus Manye akan maju sebagai calon Bupati, sementara Hengky Yasin sebagai calon Wakil Bupati. Hengky Yasin akhirnya memilih posisi sebagai calon Wakil Bupati setelah PKB lebih mendukung kadernya untuk posisi tersebut.
Ketika dikonfirmasi, Hengky Yasin mengakui adanya kesepakatan dan keputusan terkait tawaran menjadi calon Wakil Bupati (02), meskipun sebelumnya ia bertekad maju sebagai calon Bupati (01).
"Saya sebagai kader partai saat ini sedang menunggu perintah dari PKB. Apakah saya diperintahkan untuk menjadi 01 atau akhirnya menjadi 02 di Pilkada Takalar, saya siap menaati perintah partai," jelas Hengky pada Selasa (20/8/2024).
Dua figur yang awalnya diprediksi akan bersaing untuk posisi orang nomor satu di Butta Panranuangku, julukan Takalar, kini bersatu. Hal ini memunculkan wacana bahwa pasangan ini mungkin akan menghadapi kotak kosong dalam Pilkada.
Baik Daeng Manye maupun Hengky Yasin telah mengantongi surat tugas dan dukungan partai yang cukup signifikan selama tahapan Pilkada Takalar 2024. Hengky telah mendapatkan dukungan dari PKB dengan 5 kursi dan PKS dengan 3 kursi, yang totalnya 8 kursi, lebih dari cukup untuk mendaftar ke KPU yang mensyaratkan minimal 6 kursi.
Sementara itu, Daeng Manye telah mendapatkan dukungan dari Gerindra dengan 4 kursi, Nasdem dengan 4 kursi, PDI Perjuangan dengan 4 kursi, dan PAN dengan 1 kursi, sehingga totalnya 13 kursi.
Paket Firdaus Manye-Hengky Yasin semakin kuat di Takalar 2024, seperti yang juga diakui oleh Sekretaris DPW PKB Sulsel, Muh Haekal. Ia menyebutkan bahwa kesepakatan paket tersebut tercapai setelah Hengky dan Daeng Manye bertemu beberapa waktu lalu.
"Infonya, mereka (Manye-Hengky) sudah bertemu. Daeng Manye sebagai 01 dan Hengky sebagai 02. Kecenderungannya begitu. Mereka sudah berdiskusi tentang bagaimana membangun Takalar dan mencari titik temu," jelas Haekal.
Namun, Haekal menambahkan bahwa keputusan final tetap ada pada partai. Apakah akan mempaketkan dua figur tersebut atau ada perubahan lain.
"Kita menunggu rekomendasi dari partai. Prinsipnya adalah kesepakatan bersama untuk membangun daerah," tambahnya.
Terpisah, Pakar Sosial-Politik dari Universitas Indonesia Timur, Anshar Aminullah, menegaskan bahwa Kabupaten Takalar berpotensi mengalami krisis kepemimpinan jika terjadi kotak kosong dalam Pilkada.
Kandidat Doktor dari Universitas Indonesia (UI) ini mengungkapkan bahwa Butta Panrannuanku, julukan Takalar, adalah lumbung calon pemimpin, tidak hanya untuk skala Sulawesi Selatan, tetapi juga tingkat nasional.
"Terjadinya kotak kosong juga menjadi momentum untuk menegaskan kekhawatiran bahwa daerah tersebut mungkin mengalami krisis calon pemimpin dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.
Anshar juga menyatakan bahwa kotak kosong merupakan fenomena yang dapat menghambat demokrasi. (Yadi/B)