Cari Simpati Jusuf Kalla

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Beragam cara dilakukan bakal calon kepala daerah untuk mengerek elektabilitas dan merebut hati pemilih menjelang pilkada serentak. Beberapa di antaranya yakni berupaya merebut dukungan dari tokoh-tokoh politik maupun menjadikan mereka sebagai bagian dari tim pemenangan.
Salah satu tokoh Sulawesi Selatan yang menjadi magnet bagi kandidat adalah Jusuf Kalla. Simpati dan restu dari mantan wakil presiden dua kali itu setidaknya bisa menjadi penentu dalam meraih dukungan dari pemilih.

Ketokohan Jusuf Kalla masih menjadi 'harapan' bagi kandidat yang akan bertarung di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan. Seperti itu yang dilakukan oleh bakal calon wakil gubernur, Fatmawati Rusdi yang bertandang ke kediaman JK di Jalan Haji Baru, Makassar, Rabu (4/9/2024).

Pasangan Andi Sudirman itu menemui JK sekaligus meminta restu untuk pencalonan dirinya di pilkada nanti. "Kehadiran saya merupakan bentuk penghormatan dan rasa hormat yang mendalam kepada Bapak Jusuf Kalla," ujar Fatmawati.

Menurut dia, meminta izin atau mappatabe bukan sekadar tradisi Bugis-Makassar, tetapi juga sebagai komitmen untuk menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya bila dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Sulsel.
"Dengan restu dari para sesepuh kami makin percaya diri untuk melangkah untuk berkontestasi," imbuh Fatmawati.

Dengan dukungan dan restu dari Jusuf Kalla, pasangan Sudirman dan Fatmawati, yang dikenal dengan sebutan "Andalan Hati," semakin percaya diri untuk melangkah dalam kontestasi Pilgub Sulsel 2024.

Mereka mengusung visi besar dengan tagline "Sulsel Maju Berkarakter," yang berfokus pada kepemimpinan pro-rakyat yang berakar kuat pada nilai-nilai budaya lokal. Pertemuan ini menegaskan bahwa dalam setiap langkah menuju pemilihan, Fatmawati dan Sudirman tidak hanya membawa semangat perubahan, tetapi juga memegang erat tradisi dan nilai-nilai yang telah menjadi fondasi masyarakat Sulawesi Selatan.

Fatmawati bertemu JK ditemani oleh Bendahara Partai Nasdem Sulsel, Muhammad Sadar. Keduanya disambut Jusuf Kalla beserta istri, Mufidah Kalla.

Adanya pertemuan JK dan Fatmawati banyak pihak mengaitkan mengenai arah dukungan JK dalam Pilgub Sulsel 2024. Namun beberapa pihak juga menilai pertemuan ini hanya kunjungan biasa hingga menakar seberapa pengaruh JK dalam mendulang suara untuk mendongkrak kemenangan pasangan Sudirman-Fatmawati.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Rizal Pauzi menjelaskan, pengaruh tokoh dalam konteks popularitas dan akseptabilitas memang signifikan. Apalagi bagi kandidat yang masih baru, interaksi dengan tokoh publik dapat meningkatkan keterkenalan dan kesukaan di mata pemilih.

“Ketokohan itu penting, terutama dalam hal popularitas dan akseptabilitas. Figur-figur baru perlu membangun branding, dan dalam budaya timur, seperti budaya mappatabe atau sowan, ini menjadi hal yang sangat penting,” ujar Rizal.

Namun, Rizal menegaskan bahwa keterpilihan tidak hanya bergantung pada seberapa disukai dan dikenal seorang kandidat. Kedekatan dengan tokoh hanya berdampak pada dua level yaitu keterkenalan dan kesukaan. Untuk benar-benar terpilih, kandidat harus menunjukkan kemampuan personal dan memperkuat jejaring.

“Pengaruh pertemuan dengan tokoh seperti pak JK itu besar, tapi hanya jika ditindaklanjuti dengan baik. Jika setelah pertemuan tersebut tidak ada tindak lanjut yang konkret, seperti mengonversi pesan atau ide yang diperoleh menjadi program-program yang pro masyarakat, maka efeknya akan minimal. Jadi, sekadar bertemu dan berfoto tidak akan banyak membantu,” sebut Rizal.

JK sendiri, disebut dengan tingkat kesukaan yang tinggi di Sulawesi Selatan, memiliki pengaruh politik yang kuat baik di tingkat nasional maupun regional. Dukungan dari JK dinilai bisa memberikan dampak signifikan bagi kandidat.

Namun, Rizal mengingatkan bahwa testimoni dari tokoh berpengaruh tidak serta-merta menjamin perolehan suara di Tempat Pemilihan Suara (TPS). Pemilih di Sulsel saat ini disebut tidak hanya cerdas, tetapi juga pragmatis. Meskipun mereka menyukai JK, pilihan politik pemilih masih dapat dipengaruhi oleh variabel lain.

"Karena testimoni itu tidak bisa jadi jaminan bahwa bisa dikonversi menjadi suara di TPS, apalagi pemilih kita sekarang inikan selain banyak pemilih cerdas, banyak juga pemilih pragmatis. Pragmatis mungkin dia suka ketokohan pak JK tapi untuk pilihan politiknya bisa diintervensi dengan variabel-variabel lain," tutur Rizal.

Tim Bertabur Tokoh

Sementarta itu, di Pilwali Makassar, pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham tengah merampungkan struktur tim pemenangan. Sejumlah tokoh masuk dalam daftar anggota tim. Mulai dari kalangan pengusaha, akademisi, politikus, dan profesional.

Tim Appi-Aliyah dipimpin oleh mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Adapun tim penasihat dihuni oleh pendiri Bosowa Corp Aksa Mahmud dan Rektor Universitas Bosowa Makassar, Profesor Batara Surya. Sejumlah tokoh politik dan akademikus juga masuk dan tim penasihat.

Ilham Arief Sirajuddin mengatakan mengaku bersedia menerima meski awalnya ia lebih memilih peran di balik layar. Menurut dia, pihak partai pengusung dan pendukung memberikan kepercayaan untuk memimpin tim
"Mereka meminta saya menjadi ketua tim. Mungkin ada nilai tambah bila saya menjadi ketua tim pemenangan," ujar IAS, Rabu (4/9/2024).

IAS menegaskan bahwa timnya sedang dalam tahap penyusunan struktur tim pemenangan. Tim tersebut nantinya akan bekerja secara maksimal untuk memenangkan pasangan Appi-Aliyah. Fokus utama, bagi tim nantinya adalah membangun jaringan yang solid hingga ke tingkat akar rumput, termasuk di tempat pemungutan suara (TPS).

Menurut IAS, konsolidasi tim akan dilakukan dalam waktu dekat untuk memaksimalkan strategi pemenangan di Pilwali Makassar 2024. Struktur tim pemenangan akan terdiri dari berbagai divisi yang fokus utama pada optimalisasi kerja-kerja hingga ke tingkat bawah. Setiap divisi akan memiliki peran spesifik untuk memastikan bahwa seluruh strategi dapat diimplementasikan secara efektif di lapangan.

"Pentingnya sinergi antardivisi dan keterpaduan kerja akan menjadi kunci dalam meraih tujuan utama tim ini," tutur IAS.

IAS juga menambahkan bahwa beberapa tokoh penting akan segera bergabung dalam timnya, terutama pimpinan partai pengusung. Tim ini akan terdiri dari berbagai divisi, dan yang paling penting adalah bagaimana tim ini bekerja dengan optimal hingga tingkat bawah.

Tokoh-tokoh ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan dalam penggalangan suara dan memperkuat strategi pemenangan.

"Kami optimistis kekuatan jaringan tim pemenangan Appi-Aliyah di Pilwali Makassar. Tentu keyakinannya bahwa kekuatan jaringan yang dimilikinya akan menjadi modal besar dalam meraih kemenangan," imbuh dia.

Mantan Ketua Golkar Sulsel, itu menjelaskan bahwa pendekatan tim yang ia pimpin akan mengandalkan jaringan-jaringan yang sudah terjalin lama.

"Apalagi ditambah dengan kolaborasi dari jaringan baru baik yang dibentuk oleh Partai Golkar maupun relawan Appi. Semuanya akan dikolaborasikan dengan jaringan yang selama ini kami punya," beber IAS.

Menurut Rizal Pauzi, kehadiran tokoh-tokoh ini perlu dioptimalkan melalui persuasi dan koordinasi yang baik.

“Di Makassar, pengaruh tokoh perlu dipersuasi dan dikoordinasikan. Tantangan dalam kerja tim sering kali muncul karena keangkuhan atau ego besar di antara anggota tim. Jika tokoh-tokoh ini tidak dapat bekerja sama dengan baik, efeknya tidak akan signifikan dalam mendulang suara,” ungkap dia.

Rizal juga menekankan bahwa tokoh dalam tim pemenangan harus mampu mengonversi pengaruh mereka menjadi program-program yang relevan dengan segmen pemilih tertentu. Misalnya, jika ada tokoh dari Jeneponto, tim harus menyusun program yang menyasar segmen pemilih di daerah tersebut.

Dengan begitu, para kandidat di Pilgub Sulsel maupun Pilwali Makassar harus lebih cermat dalam memanfaatkan kedekatan dengan tokoh-tokoh berpengaruh. Tidak hanya berhenti pada pertemuan yang sekedar simbolis, tetapi konversikan pengaruhnya menjadi program nyata yang dapat menarik dukungan pemilih di TPS.

“Ketokohan ini ibarat dua sisi mata uang. Jika dioptimalkan dengan baik, ia bisa menjadi kekuatan yang signifikan. Tapi jika tidak dikoordinasikan, justru bisa melemahkan suara pemilih,” sebut Rizal.

"Yang menjadi soal juga dalam kerja tim adalah merasa keangkuhan yang besar. Jadi kadang ada tim sukses itu kadang kurang optimal karena dia memasang banyak tokoh tapi tokoh ini sulit bekerjasama antar tim satu dan lainnya," imbuh dia.

Warning Curi Start

Pasangan Sudirman-Fatmawati diduga "curi start" kampanye dengan mengikuti Jalan Sehat Romantis Anti Mager di Kabupaten Pinrang, akhir pekan lalu. Acara tersebut digelar oleh RMS Community yang merupakan komunitas bentukan Ketua NasDem Sulsel, Rusdi Masse, suami Fatmawati.

Anggota Bawaslu Sulsel, Saiful Jihad memberikan warning kepada pasangan calon agar tetap menahan diri untuk mengikuti tahapan sesuai regulasi. Apalagi saat ini disebutkan paslon belum resmi menjadi calon, melainkan bakal calon.

"Kan, belum ada penetapan jadi kami harapkan paslon menahan diri. Sekarang belum saatnya kampanye atau hadiri acara akbar. Bisa sosialisasi di komunitas atau kelompok tertentu," ujar Saiful.

Dia menegaskan bahwa Bawaslu telah mengimbau kepada semua bakal calon kepala daerah di 24 kabupaten/kota agar tetap menunggu penetapan KPU pada tanggal 22 September, kemudian akan dilanjutkan tahapan kampanye.

"Oleh sebab itu, kami mengimbau agar cakada tidak boleh mengikuti event akbar yang melibatkan banyak orang, karena belum masuk tahapan," imbuh dia.

Di acara jalan santai itu, Fatmawati memberikan apresiasi atas antusiasme warga Pinrang. Dia juga berharap untuk didoakan agar Sudirman-Fatmawati bisa memimpin Sulsel.

Sudirman juga terus melakukan manuver. Meski menyandang status petahana, Sudirman semakin intens bergerilya menemui orang-orang berpengaruh di daerah. Salah satunya menemui Wakil Bupati Gowa, Abdul Rauf Malaganni.

Upaya tersebut dinilai sebagai langkah untuk membendung gerakan kompetitornya, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto-Azhar Arsyad di Gowa. Apalagi, bakal calon bupati Gowa Amir Uskara mendukung pasangan Danny-Azhar.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Ali Armunanto menilai, manuver Sudirman di Gowa merupakan sikap yang cukup strategis.

"Ini sekaligus upaya memecah konsentrasi pemenangan Danny-Azhar di Gowa. Mengingat Wakil Bupati yang ditemui itu merupakan kader PDI Perjuangan, yang mengusung Danny-Azhar," ujar Andi Ali.

Di samping itu, pertemuannya dengan Sudirman dianggap sebuah manuver Rauf Malaganni setelah gagal mencalonkan diri di Pilkada Gowa. Rauf Malaganni tidak mendapat dukungan dari PDI Perjuangan.

"Gowa daerah yang sangat strategis di Pilgub). Tapi kenapa Abdul Rauf Malagani (ditemui Sudirman), kenapa bukan Bupati Adnan? Saya pikir yang pertama sekarang sedang dalam kegamangan. Rauf tidak dapat dukungan penuh jadi calon bupati Gowa sehingga lebih mudah bermanuver dan lebih gampang digoda," imbuh Andi Ali.

Meski begitu, pengajar di FISIP Unhas itu mengatakan, apabila Rauf Malaganni menjatuhkan dukungan kepada Sudirman di Pilgub, akan tetap kesulitan membendung gerakan Danny-Azhar di Gowa. Sebab, kata dia, Danny-Azhar mendapat sokongan dari Amir Uskara yang maju di Pilkada Gowa.

"Bagusnya Amir Uskara, dia terhubung dengan semua keluarga berpengaruh di Gowa. Pernah saya teliti," tutur dia.

Menurut Andi Ali, Amir Uskara dipastikan akan total dalam pemenangan Danny-Azhar di Pilgub Sulsel. Indikatornya, Danny-Azhar diusung PPP, kemudian putra Amir Uskara, Ilham Fauzi berpasangan dengan istri Danny Pomanto di Pilwali Makassar.

"Itu juga untuk kepentingannya, sekali jalan anaknya dan dia juga (maju di Pilkada Gowa). Dia amankan anaknya di Pilwali Makassar, amankan pak Danny di Pilgub dan itu lebih efisien, karena satu kali jalan bisa tercapai tiga tujuan politiknya," ujar Andi Ali.

Sementara Ketua Dewan Kehormatan DPD PDI Perjuangan Sulsel, Andi Ansyari Mangkona mengaku, tidak mengetahui secara spesifik pertemuan Sudirman dan Rauf Malaganni. Dia pun tidak mempermasalahkan jika pertemuan itu sebatas silaturahmi.

Namun Ansyari menegaskan apabila terdapat kader yang berbeda dukungan dengan keputusan partai di Pilgub, akan diberi sanksi.

"Pasti ada sanksi. Saya sebagai Dewan Kehormatan partai akan mencermati dulu dulu kalau ada bukti memang membelot, pasti akan diberi sanksi," imbuh Ansyari. (suryadi-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan