Kampus Dipenuhi Pasar dan Pasar Dipenuhi Mahasiswa

  • Bagikan

Tidak semua mahasiswa masuk dalam kelembagaan atau organisasi massa. Tidak sedikit mahasiswa memilih mengambil jarak dengan aktivitas politik dan kemudian lebih menyibukkan diri dengan kegiatan keseharian yang berbasis hobi, seni, dan kepentingan sosialnya masing-masing.

Keterlibatan mahasiswa dalam aksi demo dan gerakan politik praktis di berbagai kampus cenderung menurun. Mahasiswa tidak lagi antusias terlibat dalam unjuk rasa. Kakak-kakak senior mahasiswa yang di masa orientasi penerimaan mahasiswa baru tak pernah bosan untuk melakukan pembinaan politik, sering kali gagal meraih simpati mahasiswa baru.

Sekali lagi, sebagai bagian dari generasi Z, mahasiswa saat ini memiliki orientasi yang berbeda. Dalam banyak kasus, mahasiswa di era postmodern seperti sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas pleasure daripada aktivitas politik praktis.
Menyikapi penurunan gairah mahasiswa terlibat dalam gerakan-gerakan politik praktis, tentu wajar jika membuat kelompok mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi terhadap nasib bangsa menjadi waswas. Bagi kelompok ini, mahasiswa yang ideal seharusnya memiliki kepekaan yang lebih kuat terhadap nasib rakyat yang tertindas. Bagi mahasiswa kelompok ini, mahasiswa bukan sekadar memiliki peran sebagai agen of social change, tetapi juga sebagai kekuatan social control.

Mahasiswa yang ideal adalah mahasiswa yang mampu mengembangkan diri sebagai kekuatan moral atau guardian of value. Berbeda dengan mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya, mencari infotainment dan info-info kehidupan selebritas lainnya, mahasiswa yang kritis umumnya lebih tertarik menghabiskan waktu untuk mencari informasi soal ketidakadilan dan penindasan. Ini adalah ciri dari kelompok mahasiswa yang idealis.

Tidak ada yang keliru ketika ada mahasiswa yang memilih rute menjadi aktivis politik dan gencar menyuarakan ketidakadilan. Menjadi aktivis politik, menjadi buzzer, menjadi pekerja sosial, menjadi dosen, guru, karyawan swasta, dan sebagainya, semuanya adalah pilihan yang harus dihormati. Seorang mahasiswa yang memiliki keberanian lebih dan kemudian memilih menjadi aktivis politik yang tak mundur lawan tantangan, tentu patut diapresiasi. Akan tetapi, bukan berarti mahasiswa dan intelektual kampus yang memilih rute berbeda lantas bisa distigma sebagai orientasi gerakan yang salah atau hanya gerakan second class.

Memasang papan ucapan selamat kepada presiden dan wakil presiden yang sudah dilantik secara sah dengan menggunakan narasi yang kasar, bagi sebagian pihak mungkin dianggap bentuk ekspresi keberanian dan sudah seharusnya diapresiasi. Akan tetapi, bagi kelompok yang lain, penggunaan narasi yang kasar dan tidak sesuai dengan habitus akademik, sebetulnya juga perlu dikaji ulang. Penggunaan narasi kasar untuk menyampaikan aspirasi politik mungkin menjadi jalan pintas untuk meraih popularitas karena menjadi lebih mudah viral.

Kebiasaan beberapa tokoh yang kerap mengeluarkan narasi atau diksi yang kasar, dari segi pemberitaan mungkin lebih seksi dan menarik bagi wartawan. Namun, saya pribadi berpendapat bahwa ruang diskusi di dunia akademik sesungguhnya akan lebih elok jika dibangun melalui narasi-narasi yang sopan tapi tetap berbobot.

Paling tdak melibatkan diri dalam membentuk academic writing bagi civitas akademik untuk mengmbangkan budaya literasi membaca dan menulis, bukan sebatas mengugugrkan kewajiban ; dosen mengajar, mahasiswa belajar, atau dosen memberi, mahasiswa cukup menerima. Antonio Gramsci misalnya niscaya tidak menjadi teoritisi dan aktivis gerakan politik kalau ia tidak menuangkan pemikirannya dalam karyanya yang terkenal, Prison Notebooks karena ia menulis dan membaca.

Namun di tengah gempuran transformasi informasi yang tak mengenal ruang dan waktu, maka peran dan posisi mahasiswa pun kian bergeser jauh, yang dulunya ditempa dengan cara berfikir kritis, menjadi agen perubahan, justru saat-saat ini sebagian menjadi generasi rebahan, dan acapkali cuek dengan isu-isu sosial yang berkembang.

  • Bagikan