Pendidikan di Dalam Islam

  • Bagikan

Nabi Muhammad saw. bersabda “Hendaklah kamu menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar atau Allah akan memberikan kekuasaan atasmu kepada orang-orang jahat di antara kamu, dan kemudian orang-orang yang baik di antara kamu berdoa, lalu tidak dikabulkan doa mereka itu.(HR al-Bazzar dan at-Thabrani). Jadi hakekat mencari ilmu di dalam Islam adalah agar menjadi taqwa dimana ilmunya itu membuatnya semakin dekat dan takut (khasyyah) kepada Allah (QS. Fathir ayat 28).

Namun pendidikan yang datang dari barat mengubah orientasi orang dalam mencari ilmu. Ilmu dipelajari bukan lagi untuk ibadah kepada Tuhan tapi ditujukan untuk kehidupan duniawi semata. Ini karena pendidikan yang datang dari barat dengan paham sekularismenya memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Selama ini karena pemikiran sekularisme para siswa (murid) terkotak-kotak dalam mempelajari ilmu yaitu kalau mau belajar ilmu agama maka masuk ke pesantren atau lembaga pendidikan Islam sedangkan kalau belajar ilmu-ilmu umum maka belajar di sekolah umum.

Banyak negara di dunia termasuk pemerintah kita dalam pengembangan ilmu cenderung mengikuti barat yaitu membagi ilmu dalam ‘Natural Sciences’ (lmu-ilmu alam) dan ‘Social Sciences’ (ilmu-ilmu sosial/humaniora). Inilah yang diajarkan dalam kurikulum sekolah kita selama ini.

Padahal ilmu di barat bermasalah dari segi epistemologi. Sains di barat itu tidak melibatkan Tuhan karena menurut asumsi mereka yang tidak bisa dibuktikan secara empiris bukanlah sains. Ilmu itu baru dikatakan ilmiah kalau bisa dibuktikan melalui pengamatan atau pancaindera.

Contoh salah satu ilmuwan di barat yang menjadi rujukan terkait asal usul manusia adalah Charles Darwin. Charles Robert Darwin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species menyatakan bahwa Tuhan tidak berperan dalam penciptaan. Makhluk hidup dapat hidup dan bertahan karena faktor adaptasi pada lingkungan.

  • Bagikan