Menurut Darwin manusia itu ‘muncul’ (evolved) dengan sendirinya dari proses seleksi alam. Manusia awalnya adalah seekor kera yang kemudian evolusi menjadi manusia modern saat ini. Walaupun teori Darwin ini secara ilmiah tidak bisa dibuktikan kebenarannya namun tidak sedikit ahli biologi dan masyarakat mempercayainya. Padahal teori Darwin ini lebih bersifat Dzann atau sangkaan. Sangkaan itu menurut Al-Qur'an tidak bisa menggantikan kebenaran. (QS. an-Najm ayat 28).
Bahwa menurut para saintis barat bahwa alam semesta ini terbentuk dengan sendirinya dan akan terus menerus ada. Gambaran ini jelas memantulkan pandangan materialistis yang menafikan kewujudan Tuhan.
Inilah ketika ilmu pengetahuan terpisah dari keimanan (wahyu). Ketika ilmu pengetahuan terpisah dari keimanan maka jadilah anak didik kehilangan karakter dan spiritual mereka. Karena Tuhan dan alam gaib tidak bisa dibuktikan secara empiris maka ujungnya mereka juga akhirnya meragukan keberadaan Tuhan dan alam gaib.
Salah satu problematika utama pendidikan di Indonesia saat ini adalah masalah kurikulum. Kurikulum adalah panduan untuk mengarahkan jenis siswa/mahasiswa macam apakah yang diinginkan untuk dibentuk pemikirannya. Apa saja ilmu (Pelajaran) yang perlu diajarkan kepada mahasiswa dan referensi buku apa saja yang perlu mereka baca dan pelajari.
Betapa pentingnya kurikulum ini maka membuat perencanaannya sangatlah penting. Salah Menyusun kurikulum maka sama saja dengan kegagalan dalam Pendidikan. Kurikulum yang sekuler akan membuat pikiran para siswa juga akan menjadi sekuler, sebaliknya kurikulum yang menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu umum (iman dan Iptek) akan menghasilkan manusia seutuhnya (insan kamil) artinya manusia yang memiliki keseimbangan antara kedewasaan intelektual, spiritual, dan moral. Prestasi akademis bukan satu-satunya faktor keberhasilan dalam pendidikan tapi juga adalah proses penanaman keimanan dan akhlak.
Saat ini karena sekolah umum dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi tidak pernah diajarkan lagi ilmu agama maka banyak kaum muslim yang sangat minim pengetahuan keislamannya. Bisa dibayangkan jika seorang siswa tidak mendapatkan sentuhan agama sama sekali di sekolahnya, sementara di rumahnya juga tidak mendapatkan bekal ilmu agama maka yang terjadi adalah generasi yang jauh dari nilai-nilai agama Islam dan bahkan suatu saat bisa membenci agamanya sendiri.
Bahwa oleh karena itu pemerintah seyogyanya memasukkan kembali kurikulum pelajaran agama di semua tingkatan sekolah dan perguruan Tinggi. Pancasila telah menyatakan bahwa negara adalah berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya, bahwa Indonesia yang penduduknya mayoritas adalah muslim maka seyogyanya kurikulumnya pendidikannya memasukkan pelajaran agama Islam. Namun untuk sekolah yang anak didiknya Kristen, Hindu, Buddha dan lainnya maka mereka juga mendapatkan pendidikan agama sesuai agamanya masing-masing.
Pendidikan yang seimbang antara agama dan iptek membuat peserta didik diharapkan memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Ini bisa dilakukan dalam bentuk menanamkan kemampuan berkomunikasi (dialog, diskusi, debat), leadership, bekerja sama, kratifitas, kejujuran dan sebagainya. Wallahu’alam