Keterbelahan Sosial

  • Bagikan
Ema Husain Sofyan

Oleh: Ema Husain Sofyan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Umat Islam menyambut Idulfitri sebagai hari kemenangan. Kemenangan setelah sebulan penuh menahan rasa lapar dan haus, menahan hawa nafsu, menahan amarah, dan ego. Tapi, sanggupkah kita menjaga kemenangan yang telah kita rayakan, untuk sebelas bulan ke depan? Bahkan kita melanjutkan puasa pada bulan Syawal selama enam hari. Penulis pun sampai menuliskan catatan kecil ini dalam keadaan masih berpuasa (biar dibilang soleha).

Peringatan Idulfitri kerap disebut Lebaran, yang dalam bahasa Jawa kata “Lebaran” yang berarti kita menunaikan suatu pekerjaan berupa puasa sebulan lamanya dan kemudian kita menjadi pribadi yang melimpah, yang ditandai dengan kewajiban mengeluarkan zakat, saling memaafkan sekalipun kita tidak berbuat salah pada siapapun, tapi maaf dalam arti menekan ego kita.

Namun disayangkan masih ada saja perilaku kita pascaberpuasa, seperti menyerobot lampu merah saat berkendara, tidak ingin antre, dan membuang sampah sembarang tempat.

Ramadan 2025 dirayakan pascaperhelatan pilkada serentak secara nasional, yang tentu saja adalah momentum untuk bermaaf-maafan bagi pendukung calon pilkada. Sebab sudah menjadi rahasia umum jika keterbelahan sosial di beberapa wilayah telah terjadi. Malahan banyak kepala dinas yang mengajukan pengunduran diri akibat tidak bisa bekerja sama dengan pasangan kepala daerah terpilih.

Sebenarnya polemik keterbelahan sosial akibat pilihan politik diwariskan dari Pilkada DKI 2017. Yang memuncak pada perhelatan Pilpres 2019 dengan dua kubu yang dikenal dengan cebong dan kampret. Pada saat masa kampanye hingga beberapa tahun ke depannya situasi tanah air sarat dengan polemik dua kubu yang saling menyerang. Tentu saja hal tersebut menjadi kompor akibat adanya buzzer yang gigih mengkampanyekan dan menyerang kubu lawan masing-masing.

Di saat pendaftaran Pilpres 2024, yang dilaksanakan pada akhir 2023, Penulis berharap jangan ada dua calon supaya keterbelahan sosial yang sudah mulai memudar tidak kembali memanas. Dan, benar ada tiga calon yang akhirnya ditetapkan oleh KPU RI sebagai kontestan pilpres.

Namun, ternyata sampai hari ini sisa kampanye pilpres masih mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sekalipun eskalasi pendukung yang saling menyerang tidak semasif hasil Pilpres 2019 lalu. Saat ini kita kenal dengan sebutan kaum 16, anak Abah dan Ok Gas.

Seharusnya dengan ibadah dalam bulan Ramadan, sikap kita juga harus tercermin dalam perilaku keseharian kita, utamanya dalam hubungan sosial. Nilai-nilai luhur dalam Islam seperti jujur akan membuat kita tidak korup, bengis, dan rakus.

Semoga puasa mampu membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa menang akan godaan duniawi hingga Ramadan depan. (*)

  • Bagikan