Diri mengklaim, bukan tipikal orang yang menyimpan dendam. Ulla membuka ruang seluas-luasnya kepada setiap kader yang ingin membantunya membesarkan Demokrat, jika dipercaya lagi sebagai Ketua DPD.
“Saya ini tidak biasa menyimpan dendam. Kalaupun ada yang harus berganti, itu rasionalisasi organisasi saja. Bukan karena faktor lain atau faktor memilih dan tidak memiliki, itu tidak ada di saya,” jelasnya.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Sukri Tamma mengatakan ketiga panelis fit and proper test harus membaca tubuh IAS dan Ulla saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan.
“Gimmick dan bahasa tubuh dibutuhkan, karena kalau via Zoom hanya melihat wajah,” kata Sukri.
Menurut dia, dua calon ketua DPD Demokrat Sulsel sudah terbukti kepiawaiannya. IAS pernah menjadi Wali Kota Makassar dua periode dan pernah memimpin Demokrat. Begitu juga Ulla sudah 7 tahun memimpin partai sekaligus menjadi Wakil Ketua DPRD Sulsel dua periode.
“Dua kandidat ini tokoh yang bagus. Tapi, pembedanya nanti gaya adalah tubuhnya penting untuk dilihat, apakah betul-betul secara natural itu yang akan dia lakukan atau hanya sebatas penyampaian saja,” ujar dia.
Menurut Sukri, hal itu ini sangat penting karena bahasa tubuh bisa dilihat yang mana serius untuk memimpin Demokrat lima tahun ke depan. “Kan biasanya ada penekanan dalam bahasa tubuh dan gimik,” imbuh Sukri. (Fah)