"Mengenai peluang, tampil sebagai caleg apalagi tingkat DPR RI, usia bukanlah penentu. Tapi seberapa besar nilai ketokohan yang melekat pada personal caleg. Baik secara internal maupun eksternal," katanya.
Dia menilai, para internal itu apakah ia punya basis elektoral, punya pengaruh kuat. Eksternal, efek endorses tokoh. Seperti anak kepala daerah atau mantan kepala daerah.
"Kalau hanya bermodalkan usia muda, bukanlah jaminan kuat bisa tampil kuat di Pileg tanpa dua faktor besar di atas. Faktor internal dan juga eksternal," pungkasnya.
Menanggapi hal ini, Direktur Lembaga Kajian Isu-isu Strategis (LKIS) Syaifuddin menuturkan para milenial dalam kontekstasi politik 2024 begitu sangat diharapkan mengingat tingkat partisipasi kaum milenial semakin terasa di dunia medsos.
Menurutnya, Generasi Z ini memiliki keakraban dengan media sosial sehingga sangat memungkinkan memainkan peran lebih besar termasuk mempopulerkan dirinya, apatah lagi kalau ia memiliki garis keturunan secara politik, tentu begitu mengganggu petahana.
"Kaum milenial lebih progressive dan terorientasi. Karena Pemilu 2024 akan menggenjot pemilih pemula di angka 63% dan basis politik bagi kaum milenial," pungkasnya. (Suryadi Maswatu-Fahrullah)