MASAMBA, RAKYATSULSEL - Ekosistem hutan pegunungan Gandang Dewata menjadi salah satu ekosistem yang berada di Kecamatan Seko dan Kecamatan Rongkong yang masih menyimpan keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya yang penting untuk diberikan perhatian untuk kelestariannya.
Konservasi alam dan kebudayaan saling berkaitan, karena tidak bisa melakukan konservasi bila tidak memahami kebudayaan dari manusia yang membentuk alam. Keanekaragaman budaya menjadi pencerminan dari keanekaragaman hayati di suatu lokasi.
Menurut Risman pemimpin wilayah adat Hono, Kecamatan Seko mengatakan di Kecamatan Seko terdapat sembilan komunitas adat yang menjaga nilai adat dan kelestarian lingkungan di dalam wilayah adatnya.
“Masyarakat percaya bahwa hutan merupakan bagian dari harga diri yang harus dijaga dan dilindungi,” tutur Risman Tubara Hono, Jumat (23/9).
Sekumpulan pengetahuan ekologi tradisional tersebut tertuang di dalam kearifan lokal, praktik, dan kepercayaan yang berkembang dengan proses adaptif turun temurun oleh transmisi budaya tentang hubungan makhluk hidup antara satu dengan yang lain dan lingkungannya.
Risman menambahkan ada banyak kearifan lokal yang berhubungan dengan kelestarian alam, antara lain Miruo dan Mipatoro yaitu panen madu lestari tanpa menebang pohon, Muleling yaitu membajak sawah dengan menggunakan kerbau, atau Mantado’I yaitu ritual syukuran panen.
“Usaha pelestarian hutan telah dilakukan sebelumnya oleh para leluhur kita melalui kearifan lokal yang saat ini masih berlangsung,” tambah Risman.
Salah satu jasa ekosistem hutan pegunungan Gandang Dewata yang memberikan manfaat penghidupan secara langsung bagi masyarakat sekitar, adalah keberadaan sumber air yang mengalir melalui sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS).