Direktur Profetik Institute menilai, strategi baliho secara politik punya beberapa fungsi. Pertama, baliho adalah sarana yang masih dianggap efektif memperkenal figur kepada publik, walaupun kini ada media sosial.
Namun di beberapa daerah pemilihan terutama yang berkarakter rural, baliho dianggap lebih efektif. Kedua, baliho adalah upaya penegasan keseriusan bacalon bahwa dirinya hampir dipastikan maju dalam pilgub mendatang, sekaligus menepis keraguan publik terutama simpul-simpul politik.
"Ketiga, baliho adalah penanda teritori, bahwa kawasan yang dipasangi baliho merupakan kawasan yang relatif bisa dikuasai secara elektoral oleh jejaring politik figur bersangkutan," tuturnya.
Namun, Asratillah menuturkan untuk mendongkrak popularitas diri, baliho tidaklah mencukupi. Mesti diparalelkan dengan metode lain, terutama media sosial dan pertemuan langsung dengan tokoh masyarakat.
"Kenapa media sosial? Karena segmen pemilih millenial lebih banyak mendapatkan informasi politik melalui media sosial. Dan kenapa pertemuan langsung? Karena dari beberapa riset yang dilakukan oleh profetik institute bertemu langsung dengan warga adalah ukuran yang digunakan oleh calon pemilih seberapa perhatian figur terhadap aspirasi masyarakat bawah," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia Ras Md menilai, penyebaran atribut ruang publik memang menjadi salah satu syarat agar seorang figur bisa lebih dikenal oleh publik. Apalagi dengan sistem demokrasi terbuka.
"Tentu kerja-kerja darat menjadi syarat utama eksisnya bagi seorang figur/kandidat tak terkecuali figur Gubernur," ujarnya, Selasa (25/10/2022).
Dia melihat untuk konteks Pilgub Sulsel, tidak hanya Danny Pomanto saja yang tergolong massif sebaran ruang publiknya dalam bentuk baliho.