Ada beberapa figur lain juga. Seperti Ilham Arief Sirajuddin mantan Wali Kota Makassar dua periode, Rusdi Masse Anggota DPR RI dapil Sulsel tiga hingga mantan Pangdam Hasanuddin Andi Muhammad.
"Para bakal calon Gubernur ini melakukan penetrasi ruang publik lebih awal, karena jangkauan Sulsel cukup luas. Ada 24 kabupaten/kota dengan total wajib pilihnya lebih dari enam juta pemilih. Wajar saja jika para elite-elite ini memilih bergerak lebih awal," tuturnya.
"Yang penting juga dipahami, dalam membangun elektabilitas seorang figur atau keterpilihan mereka, diawali dulu dengan kerja-kerja pengenalan atau popularitas. Kan gak mungkin anda dipilih jika tak dikenal. Kerja-kerja ini memakan waktu cukup lama dan biaya cukup tinggi tentunya. Kan banyak yang beranggapan mengapa banyak bakal calon gubernur sudah mulai jorjoran memasang atribut ruang publik sedangkan pelaksanaan Pilgub masih lama," terangnya.
"Ada dua alasannya. Pertama, syarat utama keterpilihan. Kedua, butuh waktu cukup panjang membangun popularitas," sambungnya.
Ditambahkan, kerja-kerja relawan Danny Pomanto memasang atribut ruang publik dalam bentuk baliho tentu berorientasi pada target popularitas Danny Pomanto di Sulsel.
"Beliaukan selama ini terkenalnya di Makassar saja. Tapi di 23 Kabupaten/Kota tingkat pengenalnnya tentu tergolong masih sangat rendah. Jadi gerakan penetrasi ruang publik Danny yang dilakukan oleh relawan DP adalah hal yang wajar," terangnya.
Dia menyebutkan, perihal peluang Danny menuju Sulsel cukup bagus. Berstatus sebagai walikota Makassar dua periode menjadi modal utama bagi seorang Moh Ramdhan Pomanto bisa diusung oleh Partai NasDem.
"Kan hanya dua figur saja di NasDem. Danny dan Rusdi Masse. Jika Danny Pomanto kerja-kerja elektoralnya bagus dan bisa tampil kuat secara elektabilitas dari Rusdi Masse, tentu Danny Potensial diusung," pungkasnya.