LUWU UTARA, RAKYATSULSEL - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Luwu Utara menggelar Pelatihan Tematik di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Malangke Barat (Malbar), Rabu (7/12/2022).
Pelatihan Tematik yang dilakukan adalah Pembuatan Pupuk Organik, yaitu Plant Growth Promoting Rhizobakteri (PGPR) dan Pupuk Organik Cair (POC).
25 peserta yang sebagian besar dari kalangan petani milenial ini merupakan perwakilan dari masing-masing desa di Malangke Barat.
Narasumber pelatihan adalah Ikbal dari Fungsional Penyuluh Pertanian Kabupaten, serta pengamat Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Malangke dan Malangke Barat, Guntur Bardin.
Koordinator BPP Malangke Barat, Ambottang, berharap 25 peserta yang merupakan perwakilan masing-masing desa dapat mentransfer ilmu yang didapatkan dalam pelatihan ini.
“Tentu kita berharap ini tidak sampai di sini. Setelah ini, mereka nanti akan melakukan kegiatan yang sama di desa masing-masing, tentu dalam bimbingan dari kami,” kata Ambottang.
Dikatakannya, pelatihan pembuatan PGPR dan POC ini tidak terlepas dari fenomena adanya keterbatasan jatah pupuk subsidi, sehingga dengan pelatihan tematik khusus pembuatan pupuk organik ini, diharapkan menjadi solusi tepat untuk mengatasi keterbatasan pupuk.
“Jatah pupuk berkurang, makanya kita mengadakan pelatihan tematik ini,” terangnya.
Sementara itu, Fungsional Kabupaten Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian, Ikbal, menyebutkan bahwa pelatihan tematik ini dilakukan serentak di semua kecamatan di Luwu Utara.
“Kegiatan Pelatihan Tematik ini adalah program kabupaten yang kita lakukan di semua kecamatan. Kalau di Malangke Barat ini, kita fokus pada pembuatan pupuk organik,” jelasnya.
“Kita berharap dengan pelatihan ini, para petani dapat menggunakan pupuk organik. Jadi, bukan hanya pupuk kimia saja, tetapi bagaimana petani dapat memaksimalkan PGPR dan POC yang hari ini kita latih mereka bagaimana cara membuatnya,” jelas Ikbal.
Ikbal mengatakan, kebutuhan pupuk subsidi di Indonesia semakin terbatas, sehingga dengan pelatihan ini diharap dapat menjadi solusi terbaik bagi petani dalam melakukan budidaya tanaman.
“Nah, dengan jalan ini kita harap bisa membantu petani memperkenalkan pupuk organik, sehingga pupuk ini bisa diproduksi dan dimanfaatkan sendiri,” imbuhnya.
Untuk itu, Ikbal berharap agar pelatihan pembuatan pupuk organik ini dapat dilakukan secara sustainable alias berkelanjutan, tidak berhenti setelah pelatihan selesai dilaksanaka, tetapi harus ada tindak lanjutnya sampai ke desa-desa.
“Harapannya, ini berkelanjutan. dan mereka inilah yang nantinya akan melakukan pelatihan sampai ke desa-desa,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, pengamat POPT Kecamatan Malangke dan Malbar, Guntur Bardin, menjelaskan bahwa pembuatan PGPR dan POC ini tidak terlalu sulit, karena semua alat dan bahannya bisa didapatkan di lingkungan sekitar.
“Pembuatan PGPR dan POC ini adalah salah satu alternatif untuk mencegah serangan penyakit pada tanaman,” ucap Guntur.
Hal itu, kata dia, sudah dibuktikan di BPTH Kabupaten Maros. Pembuktian bahwa PGPR dan POC ini mampu mengatasi berbagai jenis penyakit pada tanaman itu sudah dibuktikan oleh BPTH Maros melalui kegiatan kajian yang telah dilakukan.
“Untuk mengendalikan sumber penyakit dalam tanah, maka penggunan PGPR adalah solusinya,” ungkap dia.
“Kenapa ini kita sosialisasikan karena menurut hasil kajian BPTPH Maros beberapa waktu bahwa ini salah satu alternatif yang bisa mengendalikan penyakit dalam tanah untuk mencegah berbagai penyakit yang da dalam tanah. Sementara POC sendiri adalah pupuk perangsang tumbuh agar tanaman dapat tumbuh dengan subur dan sehat,” pungkasnya.
Dikutip berbagai sumber bahwa Bakteri PGPR itu hidup berkoloni di sekitar perakaran tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Bakteri ini memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan memberi keuntungan bagi proses fisiologi tanaman.
Akar adalah sumber kehidupan, di sana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dan dekomposisi. (*)